kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.267.000   -15.000   -0,66%
  • USD/IDR 16.650   20,00   0,12%
  • IDX 8.050   -42,32   -0,52%
  • KOMPAS100 1.117   -7,43   -0,66%
  • LQ45 820   -3,11   -0,38%
  • ISSI 281   -1,80   -0,64%
  • IDX30 431   -1,69   -0,39%
  • IDXHIDIV20 496   -1,81   -0,36%
  • IDX80 126   -0,28   -0,22%
  • IDXV30 136   -0,64   -0,47%
  • IDXQ30 138   -0,82   -0,59%

Antisipasi ACFTA, Sharp Bidik Segmen Premium


Senin, 08 Februari 2010 / 09:05 WIB


Reporter: Gloria Haraito | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie


JAKARTA. PT Sharp Electronics Indonesia ternyata telah mengantisipasi gempuran produk China sejak awal berlakunya ACFTA, Juli 2004. Menurut Asisten Manajer Umum Perkakas Rumah Sharp, Andry Adi Utomo, membanjirnya produk China membuat perkakas kecil perusahaan makin terhimpit saja.

Andry melihat, produk besar yang harganya premium relatif masih bisa bertahan. Produk besar ini antara lain kulkas dan freezer, mesin cuci, serta TV dan LCD. "Sementara produk kecil pasti akan terhantam," ujar Andry kepada KONTAN, Selasa (2/2).

Pasalnya begini. Produk besar tak mudah untuk diekspor ke Indonesia. Satu kontainer hanya mampu menampung 100 unit mesin cuci. Terbayang kan, berapa unit kontainer yang dibutuhkan bila hendak memasarkan 10.000 mesin cuci? Sehingga, meski bea masuknya gratis, namun ongkos yang besar akan membuat harga mesin cuci China tak berbeda jauh dengan mesin cuci buatan lokal.

Sampai saat ini ini Sharp masih mengimpor produk perkakas kecil seperti microwave, dispenser, vacuum cleaner, toaster, blender, mixer, juicer, rice cooker, dan AC. Sebelum lahirnya ACFTA, harga perkakas kecil Sharp tak berbeda jauh dengan produk China yang murah meriah. "Namun, setalah melihat produk ini tak akan bersaing dengan produk China, kami mengubah kebijakan," terang Andry.

Untuk mengantisipasi hal ini, Sharp mulai menggeser segmen produk perkakas kecilnya. Bila tadinya Sharp mengimpor produk-produk perkakas kecil yang low end, pelan-pelan Sharp mulai beralih ke produk premium yang harganya khusus untuk segmen high end.

Strategi ini dilakukan agar produk Sharp lebih menonjolkan kualitas ketimbang harga. Memang, harga yang lebih mahal membuat penjualan perkakas kecil Sharp menurun setengahnya. Tapi, karena harganya pun nyaris dua kali lipat dibandingkan produk sebelumnya, alhasil pendapatan Sharp nyaris tak tergerus.

Andry menerangkan, bila dulu Sharp mengimpor blender seharga Rp 200.000, maka sekarang Sharp hanya mengimpor blender yang seharga Rp 500.000 hingga Rp 800.000. Lalu, yang tadinya mengimpor dispenser seharga Rp 150.000 hingga Rp 200.000, sekarang justru mengimpor yang harganya Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta. Lalu, rice cooker yang tadinya Rp 200.000, kini beralih ke harga Rp 500.000.

Peralihan produk-produk premium ini berjalan bertahap sejak tahun 2007 hingga akhir 2009 silam. Andry mengakui, hal ini menggerus volume penjualan perkakas kecil. Katakan saja bila sebelumnya blender yang volume penjualan per bulan bisa mencapai 3.000 unit, maka setelah beralih ke seri premium cuma laku 1.000 hingga 1.500 unit per bulan. Lalu dispenser yang tadinya laku 10.000 unit per bulan, menjadi 5.000 unit per bulan.

Itu kalau dilihat dari segi produk Sharp yang diimpor. Sementara bila melihat produk Sharp yang diproduksi secara lokal, menurut Andry produk China justru tak mampu menyainginya. Sejak mendirikan pabrik mesin cuci, kini Sharp mampu memproduksi 25.000 unit mesin cuci per bulan. Bila ditambah dengan yang diimpor, penjualan mesin cuci Sharp mencapai 35.000 unit.

Lalu, produksi lemari es dan freezer mencapai 65.000 unit per bulan. Ditambah impor, berarti dalam sebulan Sharp mampu menjual 80.000 unit freezer dan kulkas. Adapun TV dan LCD produksinya mencapai 125.000 unit per bulan dengan impor 10.000 unit per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×