kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Antisipasi gangguan jelang akhir tahun, emiten farmasi amankan stok bahan baku


Selasa, 30 November 2021 / 20:48 WIB
Antisipasi gangguan jelang akhir tahun, emiten farmasi amankan stok bahan baku
ILUSTRASI. Industri farmasi dan obat


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten farmasi sudah menyiapkan langkah untuk mengantisipasi risiko gangguan pengapalan bahan baku obat (BBO) dari pemasok di luar negeri jelang akhir tahun. Contohnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang telah mengamankan persediaan BBO setidaknya sejak tiga bulan lalu.

Layaknya perusahaan farmasi di Indonesia pada umumnya, sebagian besar BBO KLBF masih berasal dari impor. Pasokannya berasal dari berbagai negara seperti China, India, Jepang, Korea dan negara Eropa. Oleh karenanya, kegiatan produksi obat di KLBF bergantung pada kelangsungan pasokan BBO impor dari mancanegara.

Presiden Direktur KLBF Vidjongtius mengatakan, KLBF sudah menyusun kebijakan untuk menambah stok BBO utama untuk kebutuhan 3-6 bulan ke depan dalam pembelian BBO. Kebijakan ini disusun sebagai strategi untuk menyiasati tantangan pasokan/pengapalan BBO sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 mewabah pada tahun 2020 lalu.

“Secara umum (saat ini) kebutuhan stok terjaga baik,” ujar Vidjongtius kepada Kontan.co.id, Selasa (30/11).

Baca Juga: Saham farmasi kompak menguat di tengah munculnya varian baru Covid-19

Sama seperti KLBF, proporsi bahan baku impor juga masih dominan dalam produksi obat PT Indofarma Tbk (INAF).

Sebagian bahan baku dalam pembuatan obat di INAF memang sudah memanfaatkan bahan baku produksi lokal, seperti misalnya Paracetamol, Clopidogrel dan Amlodipin, serta bahan baku herbal. Selebihnya, INAF masih mengimpor bahan-bahan baku seperti Rifampicin, Ethambutol, Glibenclamide, Flavoxate, Zinc, Bilberry, dan lain-lain.

Sekretaris Perusahaan INAF, Wardjoko Sumedi mengatakan, INAF memiliki strategi untuk  mengatur persediaan yang optimal, yakni membuat posisi inventory tidak cukup besar, namun cukup untuk kebutuhan 1 bulan ke depan (Desember) plus buffer stock untuk 45 hari selanjutnya.

“Khusus untuk produk related Covid-19 (Oseltamivir, Remdesivir, Ivermectin, Favipiravir) sesuai permintaan stakeholder kami juga menyiapkan buffer stock yang cukup untuk mengantisipasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bersama,” imbuh Wardjoko saat dihubungi Kontan.co.id (30/11).

 

Sementara itu, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mengaku sudah sejak awal melakukan mitigasi terkait bahan baku obat untuk rencana produksi sampai akhir tahun. Strategi ini dilakukan sebagai langkah untuk menyiasati risiko gangguan pasokan/pengapalan di masa pandemi Covid-19 ini.

“Jadi untuk pasokan bahan baku obat kita saat ini sudah dapat dikatakan aman karena sudah kami mitigasi sejak awal,” ujar Sekretaris Perusahaan KAEF, Ganti Winarno kepada Kontan.co.id (30/11).

Sedikit informasi, berdasarkan catatan Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, saat ini porsi bahan baku obat kimia impor dalam pembuatan obat di dalam negeri berkisar 80%-88%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×