Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Apexindo Pratama Duta Tbk tak ingin mati kutu terjebak lesunya bisnis minyak dan gas (migas). Makanya, Apexindo memburu tender jasa proyek geotermal alias energi panas bumi.
Sebelum terang benderang, Apexindo belum mau membeberkan banyak informasi. "Saat ini kami masih dalam proses mengikuti tender berbagai proyek, belum ada yang bisa disampaikan karena semua masih proses," tutur Frieda Salvantina, Sekretaris Perusahaan PT Apexindo Pratama Duta Tbk kepada KONTAN, Senin (9/10).
Yang pasti, Apexindo cukup mengukur kemampuan diri. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham APEX di Bursa Efek Indonesia tersebut telah memiliki pengalaman dalam proyek geotermal sejak tahun 1994. Sebut saja proyek eksplorasi panas bumi di Gunung Salak dan Gunung Drajat, Jawa Barat dari Chevron.
Proyek lain dari Unocal yang berlangsung dari tahun 2002 hingga tahun 2013 di Jawa Barat. Sementara proyek yang masih berlangsung saat ini berasal dari PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Apexindo mengantongi kontrak jasa pengeboran sumur di Lahendong, Tomohon, Sulawesi Utara sejak tahun 2014. Informasi saja, Apexindo memiliki 16 unit rig untuk pengeboran. Satu di antaranya tengah dioperasikan untuk menggarap proyek geotermal PGE tadi.
Berangkat dari pengalaman Apexindo, spesifikasi rig untuk pengeboran migas maupun geotermal tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada penambahan cooler dan kedalaman pengeboran. Dus, biaya pengeboran relatif sama.
Namun, alasan utama Apexindo mengincar kontrak jasa geotermal tak semata mengejar fulus. Perusahaan tersebut juga berharap mendapatkan pekerjaan dengan dengan periode kontrak yang lebih menjanjikan. Maklum, lesu bisnis migas memicu klien Apexindo melakukan strategi efisiensi dengan menurunkan biaya produksi pengeboran.
"Geotermal memang menjadi opsi bagi Apexindo karena potensinya masih besar dan track record kami juga baik di bidang tersebut," ujar Frieda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News