Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Khawatir dampak krisis global makin besar, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) terpaksa merevisi target ekspor produk tekstil dan produk tekstil (TPT) tahun ini dari US$ 13,6 miliar menjadi US$ 13,1 miliar. Soalnya, gejala penurunan ekspor sudah mulai terjadi.
Ketua Umum API Ade Sudrajat mengatakan, gangguan ekspor mulai terasa pada September lalu dan diperkirakan akan berlanjut. "Dari hasil pengecekan random ke beberapa perusahaan, terjadi penurunan ekspor antara 1% atau 2%," kata Ade, Rabu (12/10).
Ekspor yang turun adalah ekspor TPT ke Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. AS merupakan tujuan utama ekspor TPT Indonesia dengan pangsa 36%. Sedangkan ekspor ke Uni Eropa sekitar 14% dari total ekspor.
Meski begitu, revisi target sebenarnya tidak terlalu anjlok. Target baru ekspor TPT senilai US$ 13,1 miliar masih naik 16,75% dari pencapaian tahun 2010 sebesar US$ 11,22 miliar.
Karena situasi ekonomi dunia yang serba tak pasti, API mengaku belum bisa menghitung target ekspor tahun 2012. Padahal, biasanya mereka sudah memiliki angkanya di bulan Oktober. Namun, Ade sendiri memprediksi ekspor TPT tahun depan akan tumbuh di bawah 10%.
Pertumbuhan ekspor masih terjadi karena pasokan TPT untuk Amerika dan Eropa tengah beralih dari China ke negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Thailand, Vietnam dan Kamboja, serta Asia Selatan seperti Bangladesh, Pakistan, India dan Srilanka. Hal ini karena mereka mengurangi produk China yang harganya makin mahal akibat kenaikan biaya produksi Negeri Panda.
Ade mengatakan, pemerintah harus segera mengambil langkah untuk mengatasi dampak krisis. Ia mencontohkan langkah itu seperti meningkatkan daya saing industri misalnya dengan pembangunan infrastruktur dan memberikan kepastian pasokan gas bagi industri.
Selain itu, pemerintah juga harus mempercepat pembahasan free trade agreement (FTA) dengan Uni Eropa dan Australia. Sedangkan dengan Amerika, Ade berharap Indonesia bisa menjadi anggota trans pacific partnership (TPP). Anehnya, berbeda dengan keluhan API yang sudah-sudah soal ASEAN-China FTA, kerjasama perdagangan dengan negara maju dinilai akan menguntungkan industri di Indonesia.
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengakui ekspor berbagai komoditas sempat sedikit turun selama satu bulan lalu. "Hampir semua komoditi yang kita ekspor menurun, mulai dari furnitur dan sebagainya," kata Hidayat.
Ia juga mengatakan penurunan order ekspor untuk tahun depan sudah terjadi meskipun tidak besar. Menurutnya, kondisi hanya gejala sementara. Ia masih berharap kinerja ekspor Indonesia akan kembali akan membaik dalam waktu cepat. Di sisi lain, industri di dalam negeri juga harus memperkuat pasar di dalam negeri yang sangat besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News