kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

APNI Sebut Ada Aktivitas Pertambangan Ilegal di Blok Pomalaa Vale Indonesia (INCO)


Kamis, 12 Januari 2023 / 17:29 WIB
APNI Sebut Ada Aktivitas Pertambangan Ilegal di Blok Pomalaa Vale Indonesia (INCO)
ILUSTRASI. Aktivitas pekerja pada fasilitas pengolahan nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO).


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengungkapkan ada aktivitas tambang ilegal di lahan milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Sekretaris Jenderal APNI, Meidy Katrin Lengkey menyatakan, sejatinya Vale Indonesia bukanlah anggota APNI lantaran Vale berstatus Kontrak Karya (KK).

Terlepas dari itu, APNI menyampaikan, lahan pertambangan Vale di Sulawesi Tenggara seluas lebih dari 24.000 hektare (ha) menyimpan bijih nikel saprolite (nikel kadar tinggi) yang melimpah. Namun sayang, sumber daya alam ini tidak dimaksimalkan,

“Di Pomalaa ada banyak sekali bijih nikel saprolite yang akhirnya jadi banyak pelaku penambang ilegal yang mencoba mencuri bijih nikel di wilayah Vale yang menggunakan dokumen lain,” jelasnya dalam Workshop Virtual INPIST, Rabu (11/1).

Baca Juga: Cadangan Bijih Nikel Kadar Tinggi untuk Smelter Pirometalurgi Terancam Tidak Cukup

Belakangan, APNI mengetahui, ada pembersihan luar biasa di sana dari Kriminal Khusus (krimsus) maupun dari kejaksaan. “Namun saya tidak tahu mau sampai kapan kejadian seperti ini terjadi,” terangnya.

Menurut data APNI, di 2025 akan berdiri 136 pabrik pengolahan bijih nikel yang akan mengkonsumsi 400 juta ton bijih nikel di mana pabrik-pabrik ini dominan mengkonsumsi saprolit. Sementara cadangan bijih nikel kadar tinggi ini ditengarai tidak mencukupi.

Lewat asumsi permintaan bijih nikel saprolite di 2025 semakin tinggi, APNI mempertanyakan bagaimana nasib pabrik pirometalurgi atau pabrik lainnya akan kekurangan bahan baku bijih nikel.

Maka itu APNI juga mempertanyakan dukungan Vale Indonesia yang memiliki sumber daya melimpah yang dibutuhkan industri.

“Apakah ada dukungan dari PT Vale? Karena bijih nikel dalam tambang lama-lama kan habis, bijih nikel ini kan gak beranak, jadi apakah PT Vale akan mendukung pabrik olahan yang lain di luar kerja sama PT Vale itu sendiri?,” ujarnya.

Baca Juga: MIND ID Siap Caplok Divestasi 11% Saham Vale Indonesia (INCO)

Sedangkan ketika Kontan.co.id mencoba mengkonfirmasi soal aktivitas pertambangan ilegal ke manajemen Vale Indonesia, pihaknya tidak bisa memberikan keterangan lebih jauh.

“Harus di cek ke orang di lapangan,” jawab singkat Direktur Vale Indonesia, Bernardus Irmanto saat dihubungi melalui pesan teks, Kamis (12/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×