Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen pulp dan kertas berkelanjutan, APRIL Group menegaskan komitmennya dalam mendukung pencapaian target Indonesia FOLU Net Sink 2030 lewat pengelolaan hutan berkelanjutan dan program pelestarian hutan alam pada Konferensi Tingkat Tinggi COP 28 di Dubai, (04/12/2023).
Dalam keterangan tertulisnya, Sihol Aritonang, Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), unit operasional APRIL Group mengatakan, perusahaan yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau tersebut terus memperkuat pengelolaan hutan berkelanjutan berdasarkan kebijakan Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0 yang dijalankan Perusahaan sejak 2015. Penguatan terus diterapkan dengan diluncurkannya kebijakan satu dekade keberlanjutan, APRIL2030 pada 2020 lalu.
APRIL2030 adalah serangkaian target yang konkret dan berbasis sains yang bertujuan menjadikan bisnis APRIL lebih berkelanjutan dan sirkular pada tahun 2030 yang sejalan dengan Indonesia FOLU Net Sink dan agenda SDG global.
"FOLU Net Sink adalah target yang sangat penting bagi Indonesia dan sektor swasta seperti APRIL berkomitmen untuk secara aktif berkontribusi mencapai tujuan ini," kata Sihol saat menjadi panelis pada diskusi bertajuk 'Towards 2030 Sustainable Forest Management Commitments' di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab, Senin, 4 Desember, 2023.
Baca Juga: Kemenperin Teken MoU di Bidang Industri hingga Negosiasi Upgrading ACFTA 3.0
FOLU Net Sink 2030 adalah target net sink karbon di sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (Forestry and Other Land Use/FOLU), di mana tingkat serapan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan sama atau lebih tinggi dari tingkat emisi.
FOLU Net Sink yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini merupakan langkah konkret Indonesia dari sektor kehutanan untuk memenuhi perjanjian Perjanjian Paris (COP25) guna mengurangi emisi karbon dunia dan menjaga kenaikan suhu global di bawah 1.5 derajat Celsius. Sektor kehutanan diperkirakan menyumbang total 40% emisi saat ini.
Beberapa langkah yang dilakukan APRIL yang mendukung tercapaianya FOLU Net Sink di antaranya, manajemen areal pengelolaan lahan dengan model produksi-proteksi. Dengan model ini, areal hutan tanaman industri (HTI) menjadi benteng dengan mengelilingi areal yang dialokasikan sebagai perlindungan dan restorasi. Sementara itu, areal hutan tanaman untuk produksi menjadi sumber pendanaan untuk areal perlindungan.
Tak hanya itu, APRIL memiliki komitmen 1-for-1, yakni mengkonservasi atau merestorasi hutan alam seluas dengan hutan tanaman industri (HTI) yang dikelola APRIL. Sampai hari ini, komitmen ini telah mencapai 80% dari target.
Areal restorasi tersebut termasuk kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) seluas 150.000 hektar yang merupakan bentuk nyata dari komitmen APRIL terhadap restorasi hutan alam dan pelestarian keanekaragaman hayati di Provinsi Riau. Terletak di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, kawasan yang setara dengan dua kali wilayah Singapura ini menjadi salah satu proyek restorasi hutan rawa gambut terbesar yang diinisiasi sektor swasta di Asia Tenggara.
Lewat komitmen APRIL2030, APRIL memperkuat komitmen pendanaan dengan mengalokasikan 1 dolar AS dari setiap ton kayu tanaman yang diproduksi untuk membiayai kegiatan restorasi dan konservasi. Sejak tahun 2020, dana yang yang berhasil dialokasikan telah mencapai 47 juta dolar AS.
"Dana tersebut kami manfaatkan untuk berbagai inisiatif konservasi dan restorasi, seperti program Restorasi Ekosistem Riau (RER)," ujar Sihol.
Baca Juga: Kemenperin Dukung Percepatan Industri 4.0 dan Target Pengurangan Emisi GRK
Lebih lanjut, SIhol juga menjelaskan dengan upaya untuk meminimalisasi kebutuhan lahan untuk keperluan penyediaan bahan baku, APRIL berinvestasi pada riset dan teknologi sehingga produktivitas serat kayu tanaman bisa meningkat hingga 50%. Caranya melalui perbaikan silvikultur, perbaikan genetik tanaman, dan pengkayaan nutrisi lahan.
"Kami sudah berhasil meningkatkan produksi serat kayu tanaman hingga 13%," katanya.
Plt Dirjen Pengelolaan Hutan lestari KLHK Agus menegaskan bahwa pengelolaan hutan lestari adalah keniscayaan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.
Menurut Agus, salah satu strategi mencapai pengelolaan hutan lestari adalah mendorong rekonfigurasi bisnis kehutanan untuk menerapkan konsep Multi Usaha Kehutanan (MUK) yang tidak hanya terfokus pada pada pemanfaatan kayu.
Dengan MUK, PBPH bisa mengembangkan pemanfaatan kawasan, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, ekowisata, atau jasa lingkungan untuk kemaslahatan yang lebih besar pada hutan.
Agus melanjutkan, melalui pengelolaan hutan lestari target untuk mencapai FOLU Net Sink pada tahun 2030 bisa tercapai sebagai mitigasi perubahan iklim.
"Saya optimis, melalui kolaborasi semua pihak, target FOLU Net Sink bisa tercapai," katanya saat membuka panel diskusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News