kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aprindo jajaki pasar ke Peru dan Bolivia


Jumat, 07 Agustus 2020 / 14:57 WIB
Aprindo jajaki pasar ke Peru dan Bolivia
ILUSTRASI. Roy N. Mandey, Ketua Umum Aprindo Tahun Politik, Aprindo Berharap Pertumbuhan Ritel Capai Dobel Digit.foto/KONTAN/maizal walfajri


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) tertarik untuk menjajaki ekspor ke dua negara di Amerika Selatan. Aprindo tengah menjajaki kemungkinan membuat trading house di Peru dan Bolivia.

“Kita juga coba jajaki itu istilah umumnya trading house di Peru dan Bolivia. Tapi trading house physical, toko berisi produk unggulan yang dibutuhkan di Peru dan Bolivia. Harapannya dapat terserap di Peru dan Bolivia. Ini jadi kesempatan bagi UMKM yang belum masuk kesana,” kata Ketua Aprindo Roy Mandey dalam diskusi virtual, Jumat (7/8).

Roy mengatakan, pihaknya tengah mengumpulkan UMKM yang memang siap ekspor karena sudah memiliki perizinan, branding, packaging dan kualitas yang baik. Serta sudah terbukti diserap di konsumen ritel modern di Indonesia.

Baca Juga: Dorong ekspor, Mendag luncurkan aplikasi Inaexport

Meski begitu, Ia meyakini rencana ini butuh proses yang tidak singkat. Hal ini karena harus terlebih dahulu mengetahui regulasi dan prosedur dari negara tujuan. Sebab itu, Ia berharap pemerintah dapat mendukung dan memfasilitasi rencana tersebut. “Kita harap UMKM naik kelas,” kata Roy.

Duta Besar Indonesia untuk Peru dan Bolivia, Marina Estella Anwar Bey, mengatakan, daya beli masyarakat Peru cukup tinggi. Terlebih sepertiga penduduknya tinggal di Ibukota Peru, Lima.

Selain itu, persyaratan administrasi untuk ekspor ke Peru cukup mudah dan jelas. "Ekonomi Peru cukup stabil," kata Estella dalam diskusi virtual.

Meski begitu, terdapat juga tantangan seperti pemerintah melindungi produk lokalnya seperti produk pertanian dan hortikultura

"Pasarnya belum familiar, maksudnya karena mereka hanya melihat atau mengenal negara china, korea, jepang. Sehingga dari Indonesia mungkin belum begitu terkenal," ujar dia.

Estella mengatakan, tantangan lain yang dihadapi pengusaha Indonesia adalah belum adanya perjanjian dagang Indonesia dengan Peru. Hal ini yang membuat daya saing produk Indonesia kurang kompetitif dibanding eksportir dari negara lain.

Ia mencontohkan, Jepang dan Polandia yang telah memiliki perjanjian dagang dengan Peru. Melalui perjanjian dagang tersebut, mereduksi beban bea ekspor Jepang dan Polandia masing-masing menjadi 0% dan 2,5%.

"Ketiadaan perjanjian dagang membuat produk ekspor kita tidak kompetitif," kata Estella.

Baca Juga: Merancang Ulang Strategi Bisnis Ritel

Padahal, lanjut Estella, Peru merupakan pangsa pasar yang potensial. Menurut dia, produk konsumsi harian sangat diminati masyarakat Peru seperti makanan-minuman beku dalam kemasan, seafood beku, mie instan, gula serta makanan kaleng.

Selain itu, Produk tekstil-garmen, alas kaki, pakaian olahraga, kendaraan beserta sparepart, mebel-furniture hingga kertas juga terbilang bagus.

Sementara, lanjut Estella, pangsa pasar di Bolivia memiliki preferensi cukup bagus tentang produk Indonesia. Akan tetapi terdapat sejumlah tantangan di antaranya kesulitan legalisasi dokumen ekspor karena Kedubes Bolivia terdekat berada di Beijing China. Selain itu pajak bea masuk yang terbilang tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×