Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) menegaskan pemberdayaan petani dan insentif biodiesel sama pentingnya. Penggunaan dana pungutan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) dinilai penting untuk pemberdayaan petani sawit.
Hal tersebut akan membantu petani sawit memperbaiki produktivitas hasil kebunnya. "Namun sesuai dengan tujuan pendayagunaannya, dana untuk biodiesel harus tetap ada," ujar Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan kepada Kontan.co.id, Selasa (27/3).
Dana insentif yang diberikan BPDP-KS untuk biodiesel diakui dapat mengerek harga minyak sawit. Hal itu disebabkan dana insentif digunakan untuk mendukung program mandatori biodiesel.
Paulus bercerita pada tahun 2015 saat awal pengumpulan dana, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit jatuh. Harga Crude Palm Oil (CPO) US$ 470 per ton dan hasil yang diterima petani hanya Rp 600 kilogram (kg) hingga Rp 800 per kg TBS.
"Setahun setelah dana terkumpul dan sebagian di pergunakan untuk mendukung program mandatori biodiesel, harga CPO menjadi sekitar US$ 700," terang Paulus.
Mandatori tersebut membuat permintaan biodiesel dalam negeri meningkat. Akibat peningkatan tersebut harga TBS yang didapat petani pun naik menjadi Rp 1.500 per kg hingga 1.700 per kg.
Oleh karena itu dana insentif untuk biodiesel masih dibutuhkan. "Dari data tersebut maka dukungan mandatori biodiesel harus terus berjalan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News