Reporter: Leni Wandira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT DFI Retail Nusantara Tbk (HERO), pengelola ritel Guardian dan IKEA akan fokus pada ekspansi gerai serta penguatan kanal digital, terutama memasuki semester II/2025.
Meski tak mengungkap target spesifik, emiten barang konsumen primer yang bergerak di bisnis ritel dan merupakan pengelola gerai Guardian dan IKEA tersebut memastikan upaya agresif dalam meningkatkan penjualan dan memperluas jangkauan pasar.
Sebagai gambaran, pendapatan bersih DFI Retail meningkat 4,55% menjadi Rp 2,35 triliun pada semester I/2025. Pendapatan ini berasal dari pendapatan kotor sebesar Rp2,90 triliun dan potongan rabat senilai Rp 553,79 miliar.
“Target pertumbuhan maupun capex tidak bisa kami sampaikan ke publik, tapi kami tetap optimis. Strategi utama kami tetap memperluas gerai Guardian dan memperkuat jangkauan IKEA secara digital,” ujar Diky Risbianto, Head of Communication and Corporate Affairs DFI Retail Nusantara Tbk kepada Kontan, Jumat (22/8/2025).
Baca Juga: IKEA Pacu Lokalisasi Rantai Pasok, Produk Made in Indonesia Ekspor ke Seluruh Dunia
DFI Retail menyebutkan, ekspansi fisik Guardian masih berlangsung, dengan penambahan gerai baik di pusat perbelanjaan maupun area residensial. Konsep “neighborhood store” menjadi model baru yang tengah dijajaki, dengan menyasar ruko-ruko di kawasan permukiman.
“Kami ingin mendekat ke konsumen. Tak semua orang mau ke mal. Gerai Guardian kini mulai hadir di kawasan pemukiman,” jelas Diky.
Per Agustus 2025, jumlah gerai Guardian tercatat telah menembus 350 unit dan masih akan bertambah hingga akhir tahun.
Sementara itu, IKEA belum menambah gerai fisik sejak pandemi COVID-19. Namun, perusahaan aktif memperluas jangkauan melalui kemitraan e-commerce, peluncuran website resmi, serta aplikasi mobile.
“Ekspansi IKEA kami alihkan ke kanal digital. Marketplace dan aplikasi menjadi kanal distribusi utama untuk menjangkau konsumen yang lebih luas,” kata Diky.
Tren belanja konsumen yang bergeser ke digital turut mempengaruhi arah strategi HERO. Menurut Diky, kontribusi penjualan online sudah hampir menyamai penjualan offline.
“Komposisinya sudah hampir 50:50. Namun infrastruktur di beberapa daerah masih jadi kendala. Maka kami tetap hadir secara fisik, termasuk akan buka gerai baru di Papua,” ungkapnya.
Menanggapi tren korporasi yang mulai mengandalkan kas internal untuk ekspansi, Diky bilang, HERO tetap menggunakan fasilitas kredit perbankan, meski sebagian besar pembiayaan masih berasal dari kas internal.
“Kami masih memanfaatkan pembiayaan dari bank. Jadi tidak sepenuhnya pakai kas internal. Tapi porsinya lebih dominan, ya,” ucap Diki.
Dalam praktik operasional, DFI Retail mengakui adanya dinamika buka-tutup gerai, terutama di Guardian. Namun, langkah ini bukan karena efisiensi, melainkan bagian dari adaptasi terhadap pasar.
“Di dunia ritel, buka-tutup gerai itu wajar. Bukan karena masalah, tapi karena menyesuaikan pasar. Kalau satu lokasi kurang optimal, kami pindah,” ujar Diky.
Baca Juga: DFI Retail (HERO) Lepas Bisnis Supermarket, Fokus ke Guardian dan IKEA
Guardian saat ini berposisi sebagai salah satu pemimpin pasar di segmen kesehatan dan kecantikan. Selain dikenal sebagai apotek modern, Guardian juga terus memperkuat lini produk beauty dan wellness, seiring tingginya permintaan dari konsumen pasca-pandemi.
“Trend beauty sangat kuat saat ini. SKU kami terus bertambah, dan setiap toko punya karakteristik stok yang berbeda sesuai lokasinya,” jelasnya.
Menariknya, Guardian menjadi satu-satunya jaringan ritel health & beauty yang sudah tersertifikasi halal untuk operasional toko oleh BPJPH.
“Bukan cuma produknya, tapi semua aspek operasional Guardian mengikuti standar halal—termasuk cairan pembersih toko,” ujar Diki.
Selanjutnya: Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (25/8/2025)
Menarik Dibaca: S 6 Drama Korea Komedi Action Paling Seru dan Penuh Tawa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News