kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Apsindo nilai sepeda lipat masih akan mendominasi pasar sepeda di 2020


Senin, 09 Desember 2019 / 16:12 WIB
Apsindo nilai sepeda lipat masih akan mendominasi pasar sepeda di 2020
ILUSTRASI. Sepeda lipat Element produksi PT Roda Maju Bahagia.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Belakangan ini publik sempat dihebohkan oleh pemberitaan media massa mengenai penyelundupan Sepeda Brompton asal Inggris melalui pesawat baru Garuda Indonesia, yakni Airbus A330-900 guna menghindari pengenaan bea masuk pada beberapa waktu lalu. 

Sepeda lipat memiliki harga yang cukup tinggi. Sebagaimana yang telah diberitakan Kontan.co.id (09/12) sebelumnya, untuk sepeda lipat bermerek Brompton saja misalnya, memiliki harga ritel di kisaran £ 1.570 atau setara sekitar Rp 29 juta.

Baca Juga: Banyak impor sepeda dari China, produsen sepeda lokal kena imbasnya

Harga ini selanjutnya bisa naik hingga dua kali lipat begitu sampai di Indonesia dikarenakan adanya perhitungan pajak serta margin penjual. Adapun sepeda lipat merek lainnya bisa memiliki harga yang lebih mahal, bergantung pada faktor-faktor penentu harga seperti misalnya komponen dan material.

Lantas bagaimana sebenarnya tren permintaan sepeda lipat di Indonesia?  Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo), Eko Wibowo mengatakan sepeda lipat kini mendominasi pasaran sepeda secara umum dengan porsi (share) 60%-70%. 

Menurut keterangan Eko, produk sepeda lipat sebenarnya sudah masuk ke pasar Indonesia sejak lama. Namun demikian, tren penjualannya baru memuncak dan mencapai penjualan tertinggi pada dua tahun belakangan ini di Indonesia. 

Hal ini terjadi terutama setelah munculnya berbagai pilihan sepeda lipat alternatif dengan desain dan meterial yang menyerupai sepeda lipat yang menyerupai Brompton namun memiliki harga yang lebih terjangkau. 

Baca Juga: Sepeda lipat Brompton mahal? Yang lebih mahal banyak!

Menurut keterangan Eko, beberapa produsen sepeda Cina dan Indonesia memang mulai meniru desain sepeda lipat yang menyerupai Brompton setelah paten desain industri Brompton melewati jangka 20 tahun.

Selain memberi stimulus kepada pasar, kehadiran sepeda-sepedal lipat alternatif ini juga menghadirkan cakupan pilihan yang lebih luas kepada pembeli sehingga bisa memperbesar jangkauan segmentasi pasar.

“Tren sepeda lipat lain ikut terangkat pasarnya karena pasar mau cari pilihan model lain supaya tidak sama, selain itu pasar bawah mau beli sepeda lipat yang murah juga, maka sepeda lipat biasa ikut laku,” jelas Eko kepada Kontan.co.id (09/12).

Di sisi lain, faktor lain seperti tren gaya hidup, tersedianya fasilitas jalan jalur sepeda serta terbukanya akses bagi pengguna untuk membawa sepeda lipatnya ke dalam transportasi umum seperti MRT juga dinilai turut mengerek permintaan sepeda lipat.

Eko mengatakan bahwa tren bersepeda sebenarnya memiliki kecenderungan untuk silih berganti. Hal ini bisa dilihat dari bergantinya selera sepeda masyarakat yang kerap berganti dan sempat menggandrungi sepeda-sepeda jenis lain seperti Fixie Bike dan sepeda gunung.

Baca Juga: Dirut dicopot, Kemenhub pastikan operasional Garuda Indonesia tak terganggu

Kendati demikian, Ia memperkirakan tren sepeda lipat masih akan berlanjut di tahun 2020 mendatang. Pasalnya, jumlah pelaku industri sepeda diperkirakan masih akan bertambah di tahun 2020. Hal ini diyakini memiliki potensi untuk merangsang pasar sepeda lipat agar terus bergarirah.

“Penjualnya makin banyak karena mereka mengambil kesempatan ini, pilihan barang juga akan makin banyak,” kata Eko (09/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×