Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI) mengungkap adanya perubahan kebiasaan atau behavior dari pada konsumen dalam mengkonsumsi suplemen kesehatan.
“Saat pandemi fokusnya orang-orang adalah agar bisa meningkatkan kekebalan tubuh, rata-rata yang dicari itu Vitamin C, Vitamin D, Zink, multivitamin dan masih sejenisnya,” ungkap Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI), Decky Yao saat ditemui Kontan dalam acara ulang tahun yang ke-25, Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI), Rabu (25/10).
Ia menambahkan, setelah Covid-19 hilang dan Indonesia masuk masa endemi, euforia masyarakat untuk lebih ketat menjaga kesehatan mulai menurun namun jenis suplemen yang dikonsumsi tidak jauh berbeda.
Baca Juga: Menurunkan Kolesterol dan Mengobati Batuk, Sederet Manfaat Kunyit Madu
“Sebenarnya sekarang sama, tapi euforia masyarakat untuk lebih ketat menjaga kesehatan sudah menurun karena Covid-19 hilang, karena sudah menjadi endemi. Namun demikian, kebiasaan tersebut (mengkonsumsi suplemen) pasti akan terbawa terus,” tambahnya.
Belum lagi ungkap dia, meski sudah bebas dari Covid-19 masih ada kemungkinan munculnya penyakit atau isu-isu baru terkait kesehatan yang mendorong konsumsi suplemen.
“Tapi tidak bisa lepas dari adanya isu-isu baru atau penyakit baru, masyarakat akan kembali meningkat konsumsi suplemennya. Terutama vitamin yang fungsinya untuk meningkatkan kekebalan tubuh,” ungkapnya.
Dewan Pembina APSKI Patrick Kalona juga menambahkan konsumen sekarang lebih melirik pada suplemen-suplemen yang dapat menunjang secara performa tubuh.
“Konsumer sekarang tentu larinya lebih ke function (fungsi) suplemen. Karena sifat dari suplementasi itu sekarang lebih performance terkait kegiatan-kegiatan yang mendukung populasi Indonesia,” ungkapnya.
Patrick menambahkan, setelah pandemi, masyarakat kembali pada aktifitas seperti biasa yang tidak lagi dibatasi, di mana kegiatan sosial bertambah, mulai dari interaksi, travelling, dan kegiatan-kegiatan yang memerlukan performa baik.
“Nah itu kurang lebih kategori yang berkembang itu bergerak supaya bisa mendukung kegiatan yang membutuhkan performance, khususnya penampilan sih sebenarnya. Tentu itu kategori yang besar karena demografi kita yang besar dan juga usia masyarakat kita yang mayoritas masih produktif,” tutupnya.
Baca Juga: Kenali 8 Penyebab Sariawan Tidak Kunjung Sembuh dan Tips Penyembuhannya
Sebagai informasi, hingga kini asosiasi yang berdiri sejak 11 Maret 1998 ini telah memiliki 78 yang berasal dari perusahaan-perusahaan di sektor suplemen. Dimana perusahaan ini terdiri dari manufaktur, distributor, bahan baku dan lain sebagainya.
Di sisi lain, Decky Yao mengaku asosiasi dan para anggota optimis bahwa pasar suplemen Indonesia akan terus berkembang mengingat jumlah masyarakat yang besar dan pentingnya produk suplemen dalam menjaga kesehatan.
“Pasar-pasar suplemen itu setiap tahunnya kami yakin juga berkembang terus. Parameternya, saat pandemi saja, selain peranan obat, suplemen punya peranan penting untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kekebalan tubuh di saat pandemi,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News