kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Askindo: Sia-sia protes Eropa soal bea masuk kakao


Rabu, 13 September 2017 / 21:11 WIB
Askindo: Sia-sia protes Eropa soal bea masuk kakao


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Kebijakan Uni Eropa yang menetapkan tarif bea masuk produk kakao Indonesia, dan memberikan 0% untuk bea masuk produk kakao Afrika dipandang wajar oleh Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang.

Zulhefli mengatakan, kebijakan ini merupakan salah satu upaya Eropa dalam melindungi negara bebas jajahannya dan negara miskin. "Menurut saya mereka memang ingin melindungi negara jajahan mereka dan negara miskin. Indonesia kan bukan negara miskin," tutur Zulhefi, Rabu (13/9)

Dia juga menjelaskan kebijakan ini tak hanya berlaku untuk Indonesia namun juga negara-negara pengekspor produk kakao seperti Malaysia dan Singapura. Zulhefi tidak menampik bila Askindo pernah meminta pemerintah bernegosiasi dengan pemerintah Uni Eropa untuk menihilkan tarif bea masuk ke Uni Eropa.

Namun, usaha tersebut dianggap sia-sia karena tidak akan berpengaruh apapun. "Kami juga dulu meneriakkan itu, tetapi kita teriakan pun tidak akan ada gunanya mengingat itu sudah kebijakan merek," jelasnya.

Menurutnya, dengan atau tanpa adanya tarif bea masuk ini tidak akan terlalu berpengaruh terhadap jumlah ekspor produk kakao Indonesia. Apalagi, dia bilang Eropa barat bukan satu-satunya negara yang mengimpor produk kakao dari Indonesia. Masih ada pasar yang lebih besar yakni Amerika Serikat. Bahkan, peluang pasar masih terbuka lebar untuk Eropa Timur, Cina dan India.

Adanya pasar bebas membuat Indonesia bisa memilih kemana produk kakaonya akan diekspor. Misalnya, Eropa Barat menawarkan harga yang lebih tinggi dibandingkan Amerika, maka Indonesia akan memilih mengekspor ke Eropa Barat, dan begitu pun sebaliknya.

"Ujung-ujungnya bukan impor tarif, tetapi berapa harga final dollar per ton yang diberikan oleh perusahaan yang impor di Eropa pada hari yang sama dengan berapa yang ditawarkan Amerika. Kalau tinggi yang kita kirim ke Eropa, kan membandingkan harga," jelas Zulhefli.

Berdasarkan data Askindo, hingga Juni 2017 total jumlah ekspor produk kakao sebesar 149.889 ton yang terbagi atas 11.523 ton biji kakao dan 138.365 kakao olahan. Angka ini meningkat 6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana volume ekspor produk kakao sebesar 142.650 ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×