kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aspindo minta pengembangan green diesel dilakukan bersamaan dengan biodiesel


Kamis, 24 September 2020 / 19:22 WIB
Aspindo minta pengembangan green diesel dilakukan bersamaan dengan biodiesel
ILUSTRASI. Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Bio Solar pada mobil bermesin diesel di Jakarta, Rabu (26/6). Penggunaan bahan bakar B30 (campuran biodiesel 30% pada bahan bakar solar) pada kendaraan bermesin diesel dinilai mampu menghemat impor hingga sen


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo) meminta pemerintah mulai mengembangkan sumber energi green diesel yakni solar berbahan baku kelapa sawit bersamaan dengan pengembangan biodiesel.

Direktur Eksekutif Aspindo Bambang Tjahjono mengungkapkan, pemanfaatan B30 sebagai bahan bakar alat pertambangan masih menemui sejumlah masalah seperti memperpendek umur filter hingga meningkatkan tingkat konsumsi ketimbang dengan solar.

Ia melanjutkan, penggunaan green diesel memiliki keunggulan ketimbang FAME. "Dampak negatif karakteristik dalam FAME tidak ditemukan di green diesel," ungkap Bambang dalam diskusi virtual, Kamis (24/9).

Baca Juga: Pengusaha tambang keluhkan efek B30 pada alat berat

Kendati demikian, Bambang mengungkapkan harga bahan bakar green diesel saat ini masih tergolong tinggi yakni Rp 14.000 per liter.

Adapun, asumsi harga tersebut ditetapkan dengan perhitungan pengolahan kelapa sawit dilakukan pada Kilang BBM. Harga yang tinggi juga dikarenakan kebutuhan investasi yang tinggi di mana dibutuhkan hidrogen dalam proses produksi.

"Perusahaan swasta harus ditantang untuk berpartisipasi dalam kembangkan green diesel dan green gasoline," kata Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×