Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang bagi pebisnis sepatu tanah air untuk berkembang cukup tinggi, baik untuk segmen pasar dalam maupun luar negeri. Namun hal tersebut tak menjamin bakal ada investasi baru di bisnis ini.
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Sepatu Indonesia (Asprisindo) Firman Bakri mengatakan untuk investasi di 2019 para pengusaha masih cenderung wait and see.
Ia tak menampik bahwa permintaan sepatu kian bertumbuh, hanya saja ada beberapa momentum dan catatan yang membuat para pengusaha sepatu menunda ekspansinya. "Kalau di tingkat global yang ditunggu realisasi penandatangan kerjasama dengan Eropa," terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (25/11).
Negosiasi mengenai Perjanjian kerjasama ekonomi (Comprenhensive Economic Patnership Agreement/CEPA) Indonesia dengan European Free Trade Agreement atau IU-CEPA tersebut kabarnya bakal dirampungkan pada akhir tahun ini. Firman berharap kerjasama tersebut mampu mengerek ekspor sepatu disamping menarik investor baru maupun ekspansi bisnis di sektor ini di tahun depan.
Ditambah lagi Indonesia tengah mengejar ketertinggalan dari Vietnam yang sudah lama meneken perjanjian dengan Eropa, akibatnya setiap tahun mereka mampu meraup ekspor hingga US$ 14 miliar. Dimana Indonesia setiap tahunnya baru kisaran US$ 4,9 miliar-US$ 5 miliar.
"Itupun dalam lima tahun ke depan industri sepatu Indonesia ditargetkan mampu meningkatkan ekspor dua kali lipat (100%), masih belum dapat mendekati Vietnam," ungkap Firman.
Diakui bahwa negara tetangga di regional Asean tersebut terbilang agresif dalam melakukan negosiasi dan peluang pasar.
Setelah IU-CEPA disetujui, menurut Firman pertumbuhan ekspor belum serta merta terasa, perlu penyesuaian terlebih dahulu. Sehingga di tahun 2019, Aprisindo masih memproyeksikan peningkatan ekspor di level 5%-6%, target yang sama seperti beberapa tahun belakangan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News