kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Awas gelembung properti di Jakarta dan Bali


Selasa, 19 Maret 2013 / 06:57 WIB
Awas gelembung properti di Jakarta dan Bali


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Industri properti yang tumbuh pesat beberapa tahun terakhir menimbulkan kekhawatiran terjadi bubble atau gelembung yang siap pecah. Penyebabnya, pasokan sudah terlalu berlebih, harga terus naik, padahal pasar tidak tumbuh tinggi.

Perusahaan riset properti telah membuat peringatan ini. Meski indikator bubble properti belum terlihat dalam jangka pendek, tapi beberapa sektor perlu diwaspadai. "Yang patut dikhawatirkan jika investor membeli properti memakai uang bank," ungkap Associate Director Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji, belum lama ini.

Ini bukan kali pertama. Tahun lalu, perusahaan riset  properti, Cushman & Wakefield, juga telah menyalakan lampu kuning untuk risiko bubble properti, khususnya kondominium di Jakarta.

Nah, kini, Knight Frank menilai, sedikitnya ada tiga produk properti yang perlu diwaspadai lantaran tumbuh terlalu pesat dan harga sudah sangat tinggi. Ketiga produk itu adalah perkantoran dan kondominium di Jakarta, serta hotel di Bali.

Knight Frank memproyeksikan, selama 2013-2014, perkantoran di Jakarta mendapat tambahan pasokan 744.862 m2. Padahal penyerapan hanya antara 350.000 m2 sampai 400.000 m2. Pasokan hotel di Bali juga bertambah 13.683 kamar, padahal okupansi tahun lalu cuma 65%, turun 15% dari tahun 2011.

Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield, Arief Rahardjo menilai, tahun ini Indonesia masih aman dari bubble properti. "Namun, kondominium di Jakarta harus lebih dipantau, bukan hanya di central business district (CBD)," ujarnya, Senin (18/3).

Alasannya, pasokan kondominium tumbuh lebih cepat dari biasanya. Tahun ini sebanyak 20.447 unit kondominium baru akan masuk Jakarta. Padahal, rata-rata pasokan lima tahun terakhir cuma 8.468 unit per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×