kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,98   -12,52   -1.36%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Balitbang ESDM jajaki kerjasama produksi surfaktan enhanced oil recovery (EOR)


Minggu, 12 Juli 2020 / 09:27 WIB
Balitbang ESDM jajaki kerjasama produksi surfaktan enhanced oil recovery (EOR)
ILUSTRASI. Ilustrasi Pompa angguk tambang minyak.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian ESDM melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan Litbang ESDM) menjajaki kerjasama riset strategis pengembangan dan produksi surfaktan Enhanced Oil Recovery (EOR).

Kerjasama tersebut dilakukan bersama PT Petrokimia Gresik dan Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) Institut Pertanian Bogor (IPB). "Kerjasama riset strategis ini diharapkan dapat segera dilakukan. Tim teknis akan segera membahasnya secaar detail," kata Kepala Badan Litbang ESDM Dadan Kusdiana lewat keterangan tertulisnya, Sabtu (11/7).

Baca Juga: Pengembangan energi bersih jadi komitmen kuat Menteri ESDM, target 23% EBT dikebut

Lebih lanjut, Koordinator Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Eksploitasi PPPTMGB Lemigas, Usman Pasarai, menjelaskan pihaknya telah lama mengembangkan surfaktan untuk EOR dalam upaya peningkatan produksi lapangan minyak.

Metode ini berfungsi menurunkan tegangan antar muka air-minyak. Minyak yang terperangkap di batuan dapat terlepas setelah didorong oleh larutan surfaktan yang memenuhi kriteria EOR. Ketika terlepas dari batuan dan membentuk mikroemulsi, minyak akan mudah diproduksi dan dipisahkan dari air saat di permukaan.

Usman mengungkapkan, saat ini PPPTMGB Lemigas melakukan riset injeksi kemikal EOR untuk Lapangan Jirak milik Pertamina EP. Para peneliti terus melakukan uji kinerja kemikal EOR dalam peningkatan produksi minyak skala laboratorium untuk memastikan implementasi EOR bisa berjalan baik di lapangan.

Berdasarkan Indonesia's Oil Proven Data (2015), cadangan minyak Indonesia yang potensial diambil menggunakan EOR mencapai 4,6 miliar STB (stock tank barrel). Oleh karena itu Usman optimis, implementasi metode EOR akan menambah cadangan dan produksi minyak nasional.

Salah satu keberhasilan metode EOR steamflood terjadi di lapangan minyak Duri, Provinsi Riau. Lapangan yang mulai beroperasi sejak 1954 ini pernah mengalami puncak produksi 65 MBOPD pada tahun 1964 dan setelah itu turun secara signifikan.

Setelah persiapan 18 tahun, Duri Steam Flood Project (DSF) sukses mengimplementasikan metode EOR untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sejak tahun 1985, produksinya meningkat cukup tajam dan mencapai puncak produksi 296 juta barel pada tahun 1995. Produksinya kemudian terus turun dan saat ini kurang dari 100 MBOPD.

Sementara itu, Direktur Produksi PT Petrokimia Gresik, I Ketut Rusnaya menjelaskan bahwa pihaknya memiliki unit produksi asam sulfat dengan kapasitas 2 x 1.800 TPD, sebagai sumber gas SO3 untuk bahan baku surfaktan. 

Petrokimia Gresik telah bekerja sama dengan SBRC IPB terkait uji coba mini plant sebagai pabrik pembuatan surfaktan sejak Maret 2020. PT Petrokimia Gresik menyuplai gas SO3 dari pabrik Asam Sulfat dan membeli bahan baku methyl ester yang diproduksi SBRC IPB di Gunung Putri, Bogor.

Baca Juga: Kementerian ESDM upayakan tak ada lagi pencabutan izin wilayah kerja panas bumi

Rusnaya menargetkan pembangunan pabrik surfaktan skala besar dapat dibangun melalui sinergi bersama dengan Badan Litbang ESDM. "Kerja sama ini dalam upaya diversifikasi produk dan peningkatan utilisasi unit asam sulfat", sambung Rusnaya.

Sementara itu, menurut Ketua Komunitas Migas Indonesia, Herry Putranto masih ada 1,3 miliar STB minyak dapat diperoleh dengan menggunakan metode EOR berdasarkan data SKK Migas. Sudah ada 37 lapangan minyak yang direncanakan akan dioptimalkan melalui EOR.

Untuk memenuhi kegiatan tersebut, maka kebutuhan surfaktan EOR di Indonesia akan sangat besar dan pasarnya potensial untuk dikembangkan. Pasar ekspor surfaktan EOR pun masih terbuka lebar, karena tidak banyak produsen surfaktan EOR dunia.

Produsen kimia surfaktan EOR terkemuka di dunia saat ini masih terbatas, setidaknya ada enam perusahaan besar di antaranya Sasol, Solvay, dan Shell. Penyedia jasa laboratorium di luar negeri pun belum banyak, baru delapan perusahaan yang menggeluti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×