kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Balon internet bukan saingan pebisnis menara


Senin, 21 Maret 2016 / 11:07 WIB
Balon internet bukan saingan pebisnis menara


Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Perusahaan menara telekomunikasi tidak takut tersaingi proyek balon internet alias Project Loon yang dibesut Google. Pasalnya, area operasi balon internet tidak dapat dijangkau para pebisnis menara.  

Selain itu, harga yang Google ajukan untuk balon internet tidak kompetitif bagi pebisnis menara telekomunikasi. Soalnya, proyek ini punya segmen khusus sehingga volumenya tidak akan besar.

"Daerah yang ditangani Google itu daerah terisolasi. Makanya, kami tidak memandang Project Loon sebagai suatu ancaman yang signifikan," kata David Bangun, Ketua Umum Asosiasi Pengembang Infrastruktur Menara Telekomunikasi (Aspimtel), kepada KONTAN, Minggu (20/3).

Menurut dia, kebutuhan penduduk Indonesia akan balon intenet berbeda dengan Afrika. "Kalau di Afrika cocok. Kalau di sini, saya lihat, hanya 5% dari penduduk Indonesia saja yang terjangkau Loon," ujar dia.

Lagipula, lanjut David, biaya sewa yang dikenakan Google tidaklah murah. "Harganya hanya lebih murah 20% dari harga menara yang dibangun di darat (terestrial). Harga rata-rata sewa menara sekitar Rp 80 juta per bulan, berarti harga Loon sekitar Rp 64 juta per bulan," jelasnya.

Belum lagi, sulit untuk mendapat keuntungan di daerah terpencil. Berdasarkan pengalaman David, di daerah terpencil, potensi pendapatan perusahaan dari pelanggan hanya Rp 30 juta per bulan. Itu berarti, masih jauh di atas biaya sewa rata-rata menara telekomunikasi yang sekitar Rp 80 juta per bulan.

Hanya saja, selama ini daerah terpencil ditutupi oleh subsidi dari pemerintah. "Pertanyaannya, apakah pemerintah mau menerapkan subsidi untuk Project Loon yang merupakan perusahaan asing?" tanya David.

Belum komersial

Perusahaan menara PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) pun tidak merasa terancam dengan kehadiran balon internet tersebut. "Bisnis kami tidak akan terpengaruh Loon karena mereka menyasar daerah terpencil yang kami tidak bisa masuk," kata Jap Owen, Presiden Direktur Bali Towerindo Sentra ke KONTAN.

Taufik Hasan, Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), mengatakan, selama uji coba, Google masih belum bisa mengkomersialkan balon Loon.

"Jadi aspek finansial belum ada. Mereka juga belum dikenai aturan wajib membayar biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi," kata Taufik.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×