kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Banyak gagal operasi, BP Migas periksa peralatan kontraktor


Rabu, 13 April 2011 / 06:30 WIB
ILUSTRASI. Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Jakarta, Rabu (17/6). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat ke zona hijau pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (17/06). Pada pukul 16.00 WIB, IHSG ditutu


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Setelah terjadi banyak kegagalan produksi minyak dan gas (migas) yang menurunkan target produksi (lifting) minyak, Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) memeriksa peralatan produksi para kontraktor. BP Migas berharap, dengan pemeriksaan tersebut, tingkat kegagalan operasi atau unplanned shut down bisa ditekan.

Kepala Dinas Pemeliharaan Fasilitas Operasi BP Migas Julius Wiratno menjelaskan, pemeriksaan mulai berlangsung 4 April 2011. Fokus pemriksaan ini adalah peralatan produksi migas milik 10 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) penyumbang utama produksi migas nasional.

Mereka antara lain PT Chevron Pacific Indonesia, PT Pertamina EP dan PT Total Indonesie E&P. "Sekitar 70% peralatan migas di Indonesia tergolong tua, karena berusia 25 sampai 30 tahun," ungkap Julius dalam penjelasan resmi yang terbit Selasa (12/4).

Dugaan sementara, gara-gara banyak peralatan sudah uzur, tidak aneh bila tingkat kegagalan produksi migas masih tinggi. Berdasarkan data BP Migas, tahun ini hingga 7 April kemarin, telah terjadi 201 kegagalan produksi migas yang menyebabkan Indonesia kehilangan potensi produksi 33.000 barel per hari (bph). "Lebih dari 100 kasus disebabkan kerusakan peralatan," kata Julius.

Julis mencontohkan, ada 88 kasus kerusakan pipa dan kompresor. Akibat kerusakan ini, Indonesia kehilangan potensi produksi migas lebih dari 6.000 bph.

Ada lagi 14 masalah kelistrikan, seperti kerusakan turbin, trafo dan jaringan listrik yang menyebabkan kehilangan potensi produksi hingga 1.600 bph. "Kami berharap kerusakan peralatan bisa ditekan seminimal mungkin, dengan melakukan penilaian atas peralatan tersebut," katanya.

Keandalan dan kemampuan peralatan yang dipakai para kontraktor migas memang berpengaruh besar terhadap pencapaian target produksi migas nasional. Sebaliknya, kerusakan peralatan produksi hanya menyulitkan pencapaian target produksi migas.

Tahun 2010, BP Migas menargetkan lifting minyak 965.000 bph. Realisasinya, lifting sebanyak 954.000 bph atau 98,9% dari target.

Rudi Rubiandini, dosen perminyakan ITB menilai, kontrol yang lebih baik terhadap peralatan produksi turut membantu penurunan produksi. "Sebenarnya faktor terbesarnya adalah karena kurangnya investasi sekitar lima-enam tahun terakhir," kata dia. Ia menyarankan, iklim investasi sektor migas perlu diperbaiki agar investor makin rajin berinvestasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×