kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Begini dampak era new normal terhadap sejumlah sektor industri


Minggu, 14 Juni 2020 / 21:03 WIB
Begini dampak era new normal terhadap sejumlah sektor industri
ILUSTRASI. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani di gedung Kadin, Selasa (19/11/2019). Kontan/Lidya Yuniartha


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan tatanan kenormalan baru (new normal) dalam upaya menggerakkan kembali sendi perekonomian makin terang. Adapun pemerintah sudah membentuk 5 fase new normal, pertama membuka sarana perdagangan mulai dari pusat perbelanjaan, lalu toko swalayan, toko alat kesehatan, sarana hiburan, dan terakhir pariwisata. 

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani menjelaskan secara umum perbedaan kinerja ekonomi pasca-pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dibanding pada masa PSBB adalah pada permintaan (demand). 

Baca Juga: Investor asing catat net sell Rp 1,74 triliun pekan lalu, ini pemicunya

"Di mana demand pasca-pelonggaran akan lebih tinggi dibanding demand pada PSBB. Ini sudah hampir pasti hanya dengan melihat animo dan aktivitas masyarakat sejak seminggu ini meskipun data transaksi realnya belum dikumpulkan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (14/6). 

Namun, menurut Shinta peningkatan permintaan di tiap sektor berbeda tergantung demand terhadap output ekonomi sektor tersebut. Jika produk bersifat esensial tentu akan terjadi peningkatan permintaan akan lebih signifikan. Begitu juga sebaliknya. 

Perkataan Shinta ada benarnya, respon sejumlah sektor industri manufaktur cukup beragam perihal dampak new normal terhadap permintaan dan penjualan. Seperti yang terjadi pada industri kimia dengan industri tekstil dan produk tekstil (TPT). 

Fajar Budiono, Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) menjelaskan diberlakukannya new normal ke tahap berikutnya seperti  pembukaan pusat perbelanjaan seperti mall dan pasar tradisional tentu saja akan meningkatkan perputaran produk yang membutuhkan kemasan. 

Baca Juga: Antisipasi penyebaran Covid-19, jam kerja di Jabodetabek dibagi menjadi 2 gelombang

Khususnya yang akan banyak membantu tumbuhnya penjualan kemasan dari pasar modern dan Usaha Kecil Menengah (UKM). "Kemasan yang akan mencatatkan pertumbuhan permintaan signifikan adalah  kemasan makanan (food packaging) standard foodgrade, tas belanja kresek, dan kemasan cup untuk air minum dalam kemasan (AMDK)," jelasnya. 

Fajar memproyeksikan dimulainya kenormalan baru bisa mengungkit penjualan kemasan hingga 5% sampai maksimal 10% selama 6 bulan ke depan dimulai dari Juni 2020. Sedangkan bagi industri TPT, dampak new normal ke kinerja industrinya masih abu-abu. 

Sekretaris Jenderal API Rizal Tanzil Rakhman berharap dengan dibukanya pasar grosir tekstil bisa memicu permintaan dan penjualan tumbuh. "Namun, kami belum bisa prediksi berapa persen pertumbuhannya. Sebab sementara ini masih belum berdampak langsung karena masih menjual stok barang di toko," kata Rizal. 

Selain menjual stok barang yang tersisa, Rizal mengungkapkan saat ini kondisi pabrik juga masih banyak yang belum membuka produksinya sehingga belum bisa terang-terangan memerinci proyeksi ke kinerja industri TPT. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×