Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) melihat peluang pertumbuhan kinerja industri baja di sepanjang tahun 2023. Optimisme tersebut didasari oleh data dari Indonesian Iron and Steel Association (IISIA) yang memberikan angka pertumbuhan sekitar 5%-% setiap tahunnya.
"Hal ini sejalan dengan forecast pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 dari pemerintah dengan outlook growth sekitar 5% di tahun 2023," ungkap Corporate Affairs Director Gunung Raja Paksi Fedaus kepada Kontan.co.id, hari ini.
Lebih jauh dia menjelaskan, pada tahun ini Gunung Raja Paksi melihat potensi besar penggunaan baja pada proyek pembangunan infrastruktur dan pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. GGRP mencatat bahwa kebutuhan baja pada proyek IKN berkisar sekitar 9,2 juta ton.
Maka dari itu, GGRP pun berharap pemerintah dapat terus mengawasi penggunaan baja pada proyek IKN agar tetap mengutamakan produk dalam negeri yang sudah ber-SNI dan minimum standar untuk tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).
"Dengan demikian industri baja dalam negeri bisa tumbuh dan berkembang," sambungnya.
Baca Juga: Bidik Pasar Ekspor AS dan Eropa, Ini Upaya yang Dilakukan Gunung Raja Paksi (GGRP)
Fedaus belum bisa memerinci lebih jauh menyoal target bisnis yang dibidik perusahaan tahun ini. Sebab kini Gunung Raja Paksi tengah melakukan audit terkait kinerja keuangan.
Dia hanya mengatakan bahwa untuk tahun 2023 ini GGRP akan tetap fokus pada optimalisasi utilisasi mesin light section mill (LSM) yang bisa memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan perseroan ke depan.
Strategi itu sejalan juga dengan fokus Gunung Raja Paksi yang tertuju pada roadmap Environment Social and Governance (ESG).
"Di mana kami melihat produk baja yang low carbon emission dan menerapkan proses ramah lingkungan akan semakin menjadi kebutuhan baja di masa yang akan datang," jelasnya.
Mengutip catatan KONTAN, GGRP baru saja memperoleh sustainability linked loan (SLL) sebesar US$ 32 juta dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
Kredit bilateral dengan tenor 5 tahun ini akan digunakan untuk mendanai salah satu inisiatif keberlanjutan GGRP, termasuk fasilitas Light Section Mill (LSM) yang beberapa waktu lalu diresmikan.
Kerja sama dengan BNI merupakan langkah komitmen pengembangan bisnis yang berbasis ESG oleh GGRP.
Berkat bantuan kredit dari BNI tersebut, GGRP dapat meningkatkan kapasitas produksi dan memperbarui mesin LSM. Upaya tersebut akan mendorong efisiensi operasional melalui penurunan konsumsi energi yang pada akhirnya mengurangi emisi karbon dari pabrik perusahaan.
Sejalan dengan SSL ini, GGRP juga telah memulai inisiatif keberlanjutan pada tahun ini seperti kemitraan dengan Fortescue Future Industries (FFI), perusahaan global yang bergerak dalam energi hijau. Kemitraan ini ditujukan untuk mengeksplorasi penggunaan hidrogen hijau dan ammonia hijau dalam proses produksi baja.
Sekedar informasi, hingga kuartal III-2022, GGRP tercatat membukukan penjualan bersih sebesar US$ 723,26 juta. Capaian ini meningkat 44,02% dari sebelumnya US$ 502,43 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi bottom line, perusahaan ini mampu meraup laba periode berjalan sebesar US$ 49,20 juta atau melesat lebih dari 20% daripada laba bersih per September 2021 yang senilai US$ 40,20 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News