CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Begini Nasib Proyek GRR Tuban yang Masih Menggantung


Selasa, 13 Februari 2024 / 08:18 WIB
Begini Nasib Proyek GRR Tuban yang Masih Menggantung
ILUSTRASI. Lahan yang akan dipakai Pertamina untuk proyek kilang baru GRR Tuban.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kelanjutan partner Rusia, Rosneft di Proyek Strategis Nasional (PSN) GRR Tuban masih menggantung. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun masih menunggu keputusan kedua belah pihak selepas final investment decision (FID) rampung Maret 2024 mendatang. 

Di dalam proyek GRR Tuban, PT Pertamina menggandeng partner Rusia, Rosneft. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memiliki kepemilikan saham 55% dan Rosneft memiliki kepemilikan saham 45%. 

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyatakan, sejauh ini pihaknya belum mendapatkan kabar terbaru dari Pertamina perihal pengganti Rosneft di proyek Kilang Tuban. 

Dia bilang, persoalan ini masih dalam diskusi internal Pertamina. 

Baca Juga: Pemerintah Evaluasi Kelanjutan Proyek Kilang Tuban

“Belum ada informasi ke saya (soal pengganti Rosneft). Setelah rampung FID (Final Investment Decision) di Maret 2024 baru kita lihat bahwa kerjasamanya akan diteruskan atau tidak,” ujar Tutuka ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (12/2).

Sebelumnya Tutuka menyatakan, salah satu proyek hilir migas yang saat ini terkendala dan belum pasti ialah GRR Tuban. Dalam proyek ini, Pertamina bekerja sama dengan Rusia. Padahal pemerintah meminta agar proyek tersebut bisa segera berjalan.

“Persoalan ini karena efek dari sanksi (Uni Eropa ke proyek Rusia). Pertamina terkendala dengan efek sanksi itu jadi tidak mudah memproses pendanaan. Ini yang menjadi kendala,” ujarnya. 

Tutuka menyatakan, kesiapan pendanaan di tahap FID sangat krusial demi memastikan jalannya proyek. 

Pasalnya, dokumen FID ini akan berisikan summary dokumen teknis dan keekonomian untuk mendapat pengesahan dari komite investasi. 

“Kalau ini masih persiapan, masalahnya harus ada dana dulu untuk setelah persiapan selesai. Jadi kalau dana belum ada, masalah itu bisa berakibat (pada jalannya proyek),” kata Tutuka. 

Baca Juga: Pertamina Tegaskan Masih Bersama Rosneft dalam Proyek GRR Tuban

Kementerian ESDM sendiri belum bisa memberikan arahan kepada Pertamina terkait masalah ini. Pihaknya meminta agar perusahaan migas pelat merah itu berkomunikasi dengan partnernya untuk mencari solusi yang terbaik. 

“Kalau pemerintah tidak bisa langsung mencari solusi untuk cari partner baru. Tetapi kalau Pertamina sendiri yang menjalankannya akan berat karena besar sekali proyeknya. Tetapi kami meminta Rosneft untuk cepat kepastiannya untuk diselesaikan,” tegasnya. 

Pasalnya, Tutuka mengemukakan, saat ini sudah ada sejumlah negara yang tertarik untuk bergabung dengan Pertamina di proyek GRR Tuban. Lantaran posisi proyek masih bersifat business to business (B2B) antara Pertamina dengan Rosneft, negara lain masih menunggu hingga persoalan ini selesai dahulu.

“(Negara lain sudah tertarik masuk) karena besar sekali proyeknya. Namun di sisi lain, tentu perusahaan lain akan menghitung lebih cermat karena untungnya tidak sebesar seperti proyek hulu migas, jadi mereka hati-hati,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[ntensive Boothcamp] Business Intelligence with Ms Excel Sales for Non-Sales (Sales for Non-Sales Bukan Orang Sales, Bisa Menjual?)

[X]
×