Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) berkomitmen terus merampungkan proyek smelter yang tengah dilangsungkan dengan total kapasitas 300 ribu ton Feronikel (FeNi).
Asal tahu saja, pada awal tahun 2020 DKFT tercatat telah mengambil alih 30% saham PT Bumi Konawe Abadi melalui PT COR Industri Indonesia (CORII) dengan harga Rp 1 juta per saham dimana jumlah saham yang dibeli sebanyak 180 saham.
Direktur DKFT Feni Silviani Budiman bilang pengambilalihan tersebut bertujuan untuk memperkuat struktur anak usaha. Di sisi lain, DKFT juga berkomitmen untuk tetap menjalankan upaya pengembangan smelter. "Strategi pengembangan smelter DKFT adalah mencari mitra strategis yang mampu bekerja sama dalam hal teknologi dan modal," ujar Feni kepada Kontan.co.id, Sabtu (29/8).
Baca Juga: Central Omega Resources (DKFT) targetkan laba bersih Rp 15 miliar di akhir tahun
Di sisi lain, aksi korporasi berupa right issue oleh DKFT bakal mengalami penundaan pelaksanaan akibat kondisi pasar dan pandemi covid-19. Kontan mencatat DKFT mengincar dana sebesar Rp 2,4 triliun dari right issue.
Feni melanjutkan, DKFT berkomitmen untuk tetap melanjutkan aksi korporasi pasalnya investasi yang telah digelontorkan sampai saat ini juga telah mencakup kebutuhan pengembangan smelter sampai tahap II. "Kebutuhan investasi itu meliputi perizinan, lahan, dermaga dan saran penunjang lainnya," terang Feni.
Dalam catatan Kontan.co.id, perusahaan akan menggunakan dana dari aksi korporasi tersebut untuk pembangunan smelter feronikel tahap dua. Rencananya proyek smelter feronikel yang berlokasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah bakal rampung pada kuartal II-2022. Guna melancarkan pembangunan smelter feronikel ini DKFT memerlukan dana sebesar US$ 500 juta.
Baca Juga: Feronikel topang pendapatan Central Omega Resources (DKFT) di semester I 2020
Sebelumnya manajemen menyatakan sumber dana terdiri dari 30% modal sendiri dari perusahaan dan 70% pembiayaan bank. Dari 30% tersebut atau kurang lebih sekitar US$ 150 juta, DKFT akan mengambil porsi 40% setara US$ 60 juta, sementara sisanya dari mitra strategis.
Masih menurut Feni, smelter tahap II memiliki kehandalan teknologi dalam menghasilkan produk Feni yang lebih baik ketimbang smelter saat ini. "Dengan masuk ke tahap II perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dari skala ekonomi karena biaya produksi lebih efisien," pungkas Feni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News