kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.888.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.340   30,00   0,18%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

Begini Strategi Pemilik Pusat Perbelanjaan Hadapi Tekanan Daya Beli di Tahun 2025


Sabtu, 31 Mei 2025 / 07:48 WIB
Begini Strategi Pemilik Pusat Perbelanjaan Hadapi Tekanan Daya Beli di Tahun 2025
ILUSTRASI. Sejumlah pemilik pusat perbelanjaan (mall) sudah menyiapkan strategi untuk tetap bertahan saat daya beli masyarakat turun


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergeseran gaya belanja, tekanan ekonomi dan pelemahan daya beli masyarakat menjadi beban berat bagi sektor ritel. Kondisi ini ikut menekan prospek kinerja bisnis pusat perbelanjaan (mall).

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengungkapkan sampai saat ini daya beli masyarakat, khususnya kalangan menengah-bawah masih mengalami penurunan. Kondisi ini telah menekan kinerja ritel, terutama kategori usaha department store.

Alphonzus menyampaikan tekanan terhadap bisnis gerai ritel, hingga terjadi penutupan pada sejumlah department store sebenarnya telah terjadi di beberapa tahun terakhir. Selain persoalan daya beli, penyebab utamanya adalah tren perubahan gaya belanja masyarakat, terutama di kota-kota besar.

Peritel berhadapan dengan tren belanja online melalui e-commerce atau online shopping. Dus, gerai ritel mesti bisa menawarkan customer experience   atau customer journey agar tetap bisa menarik minat konsumen.

"Peritel atau toko yang tidak mampu merespons perubahan tren gaya berbelanja masyarakat maka secara perlahan namun pasti akan semakin ditinggalkan oleh pelanggannya," kata Alphonzus kepada Kontan.co.id, Jumat (30/5).

Baca Juga: Siap-siap, Summarecon Mall Bekasi Tahap II Akan Dibuka Oktober Mendatang

Meski begitu, Alphonzus mengungkapkan tidak semua kategori bisnis di pusat perbelanjaan mengalami penurunan yang signifikan. Menurut Alphonzus, bisnis makanan dan minuman atau Food and Baverage (F&B) serta hiburan menjadi kategori yang mampu bertahan, bahkan bisa tumbuh.

Presiden Direktur PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) Anhar Sudradjat mengamini adanya pergeseran tren bisnis mall imbas dari pelemahan daya beli. Penyewa (tenant) kategori F&B masih bisa bertahan dibandingkan dengan kategori lainnya seperti gerai fesyen.

"F&B jauh lebih hidup, dengan alamiah terjadi pergantian dari tenant fesyen ke tenant yang berkaitan dengan F&B. Ada bagusnya untuk penyegaran, jadi tenant mixing lebih dinamis," ujar Anhar dalam konferensi pers, Rabu (28/5).

Penyegaran komposisi tenant menjadi bagian dari strategi MTLA. Pengembang properti yang dikenal dengan nama Metland ini bahkan menyarankan bagi tenant yang ingin melanjutkan kontrak sewa untuk berpindah lokasi atau melakukan renovasi gerai.

MTLA juga memacu kunjungan dengan mengadakan berbagai kegiatan (event). MTLA akan memperbanyak event yang bisa mendatangkan kunjungan, terutama untuk menarik pasar keluarga. Contohnya adalah kegiatan lomba anak.

"(Strategi) saat ini begitu, tahun depan belum tentu cocok. Tapi kami sudah bersiap dengan kondisi ini, jadi secara keseluruhan mall kami tidak turun signifikan," ungkap Anhar. 

Sebagai informasi, MTLA memiliki empat mall. Yakni Metropolitan Mall Bekasi, Grand Metropolitan Bekasi, Metropolitan Mall Cibubur dan One District @Puri. MTLA pun masih melakukan ekspansi melalui proyek perluasan Grand Metropolitan yang sudah selesai tutup atap pada bulan April lalu. 

Baca Juga: Tak Hanya Daya Beli Turun, Gerai dan Pusat Perbelanjaan Gulung Tikar Sebab Faktor Ini

Dihubungi terpisah, Direktur PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Harun Hajadi menyoroti kabar kembali maraknya sejumlah peritel yang menutup gerai. Harun mengklaim, kondisi ini belum membawa dampak signifikan bagi bisnis pusat perbelanjaan Ciputra.

Harun bilang, fokus CTRA saat ini adalah menjaga tingkat kunjungan (traffic) di mall-mall Ciputra. "Kami harus waspada dan selalu menjaga traffic yang ada. Jika traffic bisa terjaga maka para peritel biasanya tidak menutup gerai," kata Harun kepada Kontan.co.id, Jumat (30/5).

Harun mengatakan, traffic pengunjung di mall Ciputra masih stabil, bahkan rata-rata ada peningkatan sekitar 3%. Salah satu momentum yang mengerek naik traffic adalah libur panjang akhir pekan atau long weekend, seperti yang terjadi saat ini.

Momentum long weekend bisa mendongkrak jumlah kunjungan pada level dobel digit, bahkan untuk beberapa tempat bisa naik hingga 50% dibandingkan hari biasa. "Kalau libur panjang traffic naik. (Persentase kenaikannya) tergantung mall dimana," ujar Harun.

Sebagai informasi, CTRA memiliki lima mall. Yakni Lotte Mall Jakarta, Mal Ciputra Jakarta, Mall Ciputra World Surabaya, Mal Ciputra Semarang dan Mal Ciputra Tangerang. 

Bisnis mall menjadi bagian dari segmen pendapatan berulang (recurring income), yang berkontribusi sekitar 15% terhadap pendapatan CTRA. "Kami ada recurring dari yang lain juga, yakni hotel, golf dan taman air," tandas Harun.

Selanjutnya: Intip Harga Domba, Kambing, dan Sapi Kurban via Dompet Dhuafa Kota Yogyakarta

Menarik Dibaca: Matcha Lovers Wajib Coba! 5 Resep Minuman Matcha yang Simpel, Segar dan Nikmat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×