Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) melihat fluktuasi kurs rupiah menjadi tantangan tersendiri di tahun 2019 ini. Sebab sebagian besar bahan baku farmasi disuplai dari impor. Untuk itu, PYRA mengambi langkah efisiensi di segala bidang agar dapat mencapai target pertumbuhan laba bersih 12%.
Sekretaris Perusahaan PYFA Steven Setiawan mengatakan, mereka mulai melakukan pengurangan waste, penghematan biaya di semua departemen, dan intensifikasi penjualan.
"Efisiensi dilakukan di semua bidang, mulai dari produksi sampai dengan pemasaran, penjualan dan kantor," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (1/5). Oleh karena itu, di tahun 2019 ini perseroan mematok pertumbuhan laba bersih 12%.
Optimisme ini diperkuat, dengan penguatan produksi di pabrikan dan meminimalisir beban produksi. Sedangkan untuk target tumbuh pendapatan hanya 6,5% saja di 2019.
Pasar yang penuh tantangan tampaknya menjadi alasan bagi PYFA tidakĀ membidik topline terlalu tinggi tahun ini. Sebagai gambaran kuartal-I 2019 ini raihan laba bersih perseroan tercatat Rp 1,88 miliar atau naik dobel digit yakni 15,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 1,63 miliar.
Sedangkan penjualan bersih PYFA tercatat sebanyak Rp 63,81 miliar atau turun mini 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 64,86 miliar. Segmen bisnis farmasi dan jasa maklon menyumbang hampir 99% bagi revenue perseroan.
Tercatat segmen tersebut mengalami penurunan 2% year on year (yoy) di kuartal-I 2019 menjadi Rp 61,39 miliar. Di tahun 2019 ini kata Steven, perusahaan masih menambah empat produk baru untuk portofolionya.
Perusahaan menjalani banyak jasa maklon di berbagai perusahaan nasional, salah satunya untuk produk amoxicilin kapsul dan sirup PT Kimia Farma Tbk (Persero).
Sedangkan sebagian besar penjualan produk farmasi PYFA menyasar perusahaan distribusi obat seperti PT Sapta Sari Tama yang dikuartal-I 2019 jumlahnya Rp 17,12 miliar atau naik lebih dari dua kali lipat yoy.
Sedangkan sisanya diisi perusahaan lain seperti PT Merapi Utama Farma yang menyumbang Rp 6,64 miliar bagi revenue PYFA. Adapun dari sisi segmen bisnis alat kesehatan, PYFA tercatat mampu tumbuh 12,7% dari Rp 2,04 miliar di kuartal-I 2018 menjadi Rp 2,3 miliar di kuartal-I 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News