kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Berdikari siap totalitas masuk ke bisnis unggas


Selasa, 22 November 2016 / 17:19 WIB
Berdikari siap totalitas masuk ke bisnis unggas


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. PT Berdikari (persero) akan masuk di bisnis perunggasan tahun depan. Rencana bisnis ini sebagai respon atas dorongan pemerintah dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) agar ada badan usaha milik negera (BUMN) masuk ke bisnis perunggasan karena selama ini ceruk bisnis ini dikuasai swasta dan kerap menimbulkan fluktuasi harga yang tinggi.

Bahkan KPPU sudah menghukum 12 perusahaan unggas swasta melaukan kartel. Dengan adanya BUMN di bisnis perunggasan, maka diharapkan harga unggas relatif stabil dan peternak mandiri bisa bekerjasama dengan Berdikari.

Direktur Utama PT Berdikari, Suwhono mengatakan saat ini Berdikari akan fokus pada dua segmen bisnis. Pertama peternakan sapi dan kedua perunggasan. Untuk perunggasan, Berdikari merupakan pemain baru.

Rencananya, Berdikari akan masuk ke bisnis ini dalam skala besar. Artinya, Berdikari akan masuk mulai dari bisnis hulu sampai ke hilir, mulai dari bisnis pakan ternak, DOC, peternakan ayam dan Rumah Potong Hewan (RPH).

"Di bisnis unggas itu kalau tidak terintegrasi pasti rugi," ujar Suwhono kepada KONTAN akhir pekan lalu.

Gandeng peternak

Suwhono menjelaskan masuknya Berdikari ke bisnis unggas dengan misi untuk menjaga kestabilan harga dan memastikan adanya ketersediaan pasokan unggas ketika terjadi fluktuasi harga. Nantinya Berdikari akan menjalin kerjasama dengan para peternak rakyat dan menjadi pembina para peternak mandiri. Selain itu, Berdikari juga akan memastikan harga ayam potong di tingkat konsumen dalam taraf yang wajar.

Sebagai contoh, kalau harga pokok produksi ayam rata-rata Rp 16.000 - Rp 17.000 per kg, maka idealnya harga di tingkat konsumen sekitar Rp 25.000 - Rp 26.000 per kg. Namun faktanya saat ini harga ayam malah sampai Rp 38.000 - Rp 40.000 per kg.

Jadi ada rantai pasok yang panjang membuat harga ayam tidak normal sampai ke konsumen. Selain itu, Suwhono juga bilang saat ini rata-rata konsumsi ayam orang Indonesia masih di kisaran 7,8 kg per kapita per tahun, atau jauh di bawah negara tentangga yang mencapai 20 kg per kapita per tahun.

"Kalau naik saja menjadi 10 kg per kapita per tahun, maka sudah bagus, karena itu potensi pasar di bisnis unggas ini masih besar," imbuhnya.

Untuk tahap awal, Suwhono bilang Berdikari akan masuk terlebih dahulu pada bisnis peternakan ayam kemudian merambat ke pembibitan dan seterusnya. Namun ia masih enggan mengungkapkan berapa nilai investasi yang disiapkan untuk itu.

Pasalnya, rencana tersebut masih disusun rapi dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan belum ada kepastian apakah disetujui oleh pemerintah dan DPR atau belum. "Kita akan siapkan besar sekalian, cuma sekarang belum bisa dijelaskan berapa nilainya," elaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×