Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai menghelat pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir tahun lalu, PT Campina Ice Cream Industry Tbk akan berfokus pada pengembangan bisnis. Tahun 2018, emiten berkode saham CAMP di BEI ini membidik pertumbuhan penjualan sebesar 10% dibandingkan dengan tahun lalu.
Berbagai upaya dilakukan untuk mendongkrak penjualan. Adji Andjono, Direktur Marketing PT Campina Ice Cream Industry Tbk mengatakan, salah satu strategi yang mereka lakukan untuk mengejar target ialah dengan mengeluarkan produk baru. "Tahun ini kami akan mengeluarkan lima sampai enam stock keeping unit yang baru," ujar Adji kepada KONTAN, Jumat (12/1).
Selain untuk penyegaran merek atau brand, penambahan produk baru diharapkan dapat menarik minat masyarakat untuk membeli produk. Tercatat sampai saat ini Campina Industry memiliki sekitar 75 produk sampai dengan 80 produk di pasaran.
Selain menambah produk, Campina Industry menambah jaringan distribusi dan sales untuk memperluas pangsa pasar. Meski belum memberi perincian, Adji mengungkapkan, saat ini jumlah distributor Campina Industry yang berada di Luar Jawa mencapai 30 unit.
Sebagai gambaran, kini Campina Industry memiliki pangsa pasar sekitar 20%–25% dari seluruh total permintaan es krim domestik. Porsi penjualan Campina Industry terbilang merata, antara segmen ritel tradisional dan modern.
Masih rendah
Masih rendahnya konsumsi es krim di Indonesia menjadi peluang bagi Campina Industry untuk meningkatkan penjualan. Saat ini konsumsi es krim di Tanah Air masih berada di kisaran 0,8 liter per kapita per tahun.
Tingkat konsumsi itu lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi negara-negara ASEAN lain. Di Malaysia, misalnya, tingkat konsumsi es krim mencapai tiga kali lipat dibandingkan Indonesia.
Bahkan tingkat konsumsi di Singapura sekitar 10 kali lipat dari konsumsi es krim di Indonesia. "Indonesia masih sangat potensial bagi pasar es krim, apalagi jumlah penduduknya sangat besar," urai Adji. Besarnya jumlah populasi di Indonesia merupakan pasar menggiurkan bagi industri es krim.
Kendati masuk tahun politik, Adji justru berharap, industri es krim menikmati berkah perhelatan pemilihan kepala daerah langsung (pilkada) serentak di Tanah Air. Lazim terjadi, ajang pilkada selalu marak dengan aktivitas kampanye dan pengerahan massa. Nah, "Biasanya kalau ada kampanye ada pengumpulan massa, bisa meningkatkan konsumsi es krim," kata Adji.
Namun, agar daya beli masyarakat dapat tumbuh signifikan, Campina Industry berharap pemerintah memberikan stimulus bagi industri padat karya. Jika industri padat karya berjalan, tingkat konsumsi ikut terdongkrak. Termasuk permintaan terhadap produk es krim.
Saat ini Campina Industry memiliki satu pabrik di Surabaya dengan produksi mencapai 25 juta–26 juta liter per tahun. Produksi tersebut masih berada di bawah kapasitas terpasang pabrik yang mencapai 30 juta liter per tahun.
Es krim buatan Campina Industry terbagi dalam beberapa segmen. Misalnya, impulse ice cream (es krim sekali konsumsi), family pack, ice cream industry dan signature ice cream. Kontribusi paling besar berasal dari impulse ice cream yang menopang 75% terhadap total pendapatannya.
Saat ini, Campina Industry memegang lisensi dari Viacom dan Disney untuk memproduksi es krim yang mencantumkan karakter tokoh film milik kedua perusahaan tersebut. Melihat respon yang positif, rencananya di tahun ini Campina Industry akan menambah dua sampai tiga produk lisensi baru.
Secara umum, industri es krim domestik diperkirakan tetap tumbuh melaju. Industri ini berpeluang meningkat 10%–15% di tahun ini, seiring penambahan jumlah pemain baru dan produk baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News