Reporter: Herlina KD, Evilin Falanta | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Badan Urusan Logistik Logistik (Bulog) tampaknya bisa sedikit lega. Sebab, meski penyerapan gabah di dalam negeri masih mengalami beberapa hambatan, tapi Bulog mendapat dukungan dari sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) yang mengalokasikan 570.000 hektare lahan untuk padi. Hasil produksinya nanti akan diserap oleh Bulog.
Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan Bulog nanti menjadi off taker alias pembeli siaga dari hasil produksi padi dari sinergi BUMN ini. "Dari total lahan ini nantinya akan bisa menghasilkan sekitar 3,57 juta ton atau setara dengan sekitar 2 juta ton beras diharapkan bisa masuk," ujarnya saat konferensi pers di Jakarta Kamis (12/5). Jika dengan tambahan dari GP3K ini, Bulog optimistis target penyerapan beras dalam negeri tahun ini bisa tercapai.
Seperti diketahui, beberapa BUMN bidang pangan seperti Sang Hyang Sri, PT Pusri Holding, Perhutani, dan Inhutani sebagai BUMN pangan ikut bersinergi untuk mendukung produksi padi nasional. Dari 570.000 hektare lahan ini, rinciannya PT Sang Hyang Sri dan PT Pusri Holding masing-masing 200.000 hektare, PT Pertani sebesar 100.000 hektare dan PT Inhutani 70.000 hektare.
Sutarto bilang, dalam GP3K ini nantinya ada tiga sistem kerjasama yang dilakukan BUMN dengan petani. Pertama, sistem sewa lahan. Kedua, sistem bantuan pupuk dan bibit, dan ketiga adalah sistem bayar panen. "Sistem kerjasama ini tergantung daerahnya masing-masing. Yang jelas, gabahnya dijual ke Bulog," katanya.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Udhoro Kasih Anggoro menambahkan, program GP3K ini tersebar di beberapa wilayah antara lain di Aceh, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan. "Kita harapkan produktivitas tanaman padi di dalam program GP3K ini akan lebih tinggi ketimbang areal Sekolah Lapang Pengendalian Tanaman Terpadu (SLPTT). Sehingga, target produksi sebesar 70,6 juta ton GKG bisa tercapai," jelasnya.
Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Perikanan Dyah Maulida mengungkapkan, dengan adanya konsorsium BUMN melalui program GP3K ini akan mempermudah Bulog untuk melakukan pengadaan.
Sutarto menambahkan, hingga Kamis (12/5) kontrak pengadaan beras Bulog tercatat sebesar 897.601 atau hampir 900.000 ton. "Kontrak pengadaan beras komersial sudah mencapai 84.000 ton. Jadi total pengadaan beras dalam negeri sekitar 980.000 ton," katanya. Sementara itu, beras yang sudah masuk ke gudang Bulog sekitar 910.000 ton - 920.000 ton. Hingga akhir Mei ini, Bulog mematok target pengadaan beras sebesar 1,3 juta ton.
Seperti diketahui, hingga akhir tahun ini, Bulog mematok target pengadaan beras sekitar 3 juta ton - 3,5 juta ton. Selain mendapat dukungan dari GP3K, Bulog juga melakukan upaya menggenjot pengadaan beras dalam negeri dengan meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah, gabungan kelompok tani dan mitra penggilingan. Kedua, Bulog juga memberikan berbagai insentif agar Bulog bisa membeli gabah petani. "Bulog memiliki fleksibilitas yang memungkinkan Bulog untuk membeli beras di atas HPP," ujar Sutarto.
Upaya pencapaian target produksi gabah
Anggoro menjelaskan, sebenarnya untuk bisa mencapai target produksi gabah nasional sebanyak 70,6 juta ton ada empat hal yang bisa dilakukan yaitu penambahan luas areal lahan, menaikkan produktifitas, memperbaiki manajemen produksi dan mengamankan produksi padi. Tapi, "Melihat kondisi saat ini, pilihan yang lebih baik adalah menaikkan produktivitas dan mengamankan produksi," ujarnya.
Selama ini tingkat produktivitas tanaman padi nasional sekitar 5,1 ton per hektare. Untuk tahun ini, tingkat produktivitas padi nasional diharapkan bisa meningkat menjadi 5,3 ton per hektare. Sedangkan pengamanan produksi akan dilakukan dengan mengendalikan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan menekan kehilangan hasil panen (lost).
Tahun ini dipastikan akan ada panen hingga akhir tahun nanti lantaran cuacanya bagus, tidak seperti tahun lalu yang terkendala cuaca ekstrem. "Makanya, kita perlu melakukan upaya-upaya tersebut," kata Sutarto Alimoeso, Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), sore ini (12/5).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News