kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,42   4,11   0.45%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biaya Produksi Naik, Impor Kosmetik Terdongkrak


Senin, 09 September 2013 / 07:10 WIB
Biaya Produksi Naik, Impor Kosmetik Terdongkrak
ILUSTRASI. Makanan Pantangan untuk Penderita Kanker Serviks


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. Pangsa pasar kosmetik dan produk perawatan kecantikan lain (toiletries), asal luar negeri semakin membesar. Dalam kurun waktu tiga tahun, pangsa pasar produk kosmetik dan toiletries impor meningkat hingga 30%.

Ketua Perhimpunan Pengusaha dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPA Kosmetika) Putri K. Wardhani mengungkapkan, pada tahun 2010 produk kosmetik impor hanya memiliki porsi sekitar 15% hingga 20% dari total pasar kosmetik di dalam negeri. "Namun, kini pangsa pasar kosmetik impor sudah hampir 50% dari total pasar," jelas dia, akhir pekan lalu.

Sebagai gambaran, tahun ini omzet produk kosmetik dan toiletries di dalam negeri diperkirakan mencapai Rp 80 triliun. Yang patut menjadi catatan, tidak seluruh penjualan tersebut bersifat legal. Dalam estimasi Putri, sekitar 20% dari total omzet kosmetik di dalam negeri merupakan nilai penjualan produk kosmetik selundupan.

Peningkatan pangsa pasar kosmetik impor semakin terasa, tahun ini. Pasalnya, menurut Putri, perusahaan kosmetik multinasional mulai mengubah strategi bisnis di Indonesia. Maklum saja, kondisi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian membuat pebisnis harus memasang strategi baru untuk mempertahankan bisnisnya.

Salah satu strategi yang dijalankan perusahaan multinasional ini adalah mengalihkan sebagian produksi ke fasilitas produksinya yang berlokasi di negara lain. Nah, produk yang dihasilkan di pabrik di luar negeri inilah yang kemudian dipasarkan di Indonesia.
Imbasnya, impor produk kosmetik dan toiletries di Indonesia meningkat drastis. "Banyak perusahaan penanaman modal asing yang memindahkan produksi ke luar negeri," kata Putri.

Menurut dia, strategi pemindahan lokasi produksi ini antara lain dipicu oleh kenaikan biaya produksi di Indonesia. Seperti diketahui, sejak awal tahun ini beberapa komponen produksi seperti upah buruh, tarif tenaga listrik dan harga gas mengalami kenaikan. Tak hanya itu, pelemahan nilai tukar juga membuat harga bahan baku yang diimpor juga melonjak.

Nah, dengan memindahkan sebagian produksi ke luar negeri, Putri bilang perusahaan multinasional tersebut bisa menekan biaya produksinya.
Pada kesempatan lain, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Benny Wachjudi bilang peningkatan impor produk kosmetik juga dipicu oleh harmonisasi tarif sebagai konsekuensi atas pemberlakuan perjanjian pasar bebas antara Indonesia dengan beberapa negara. Sehingga, berbagai produk kosmetik terutama yang belum diproduksi di dalam negeri sangat mudah diterima pasar.

Meski begitu, ia optimistis industri kosmetik lokal masih bisa tumbuh dengan didukung oleh pertumbuhan pasar yang mencapai dua digit per tahun. "Selain itu, kami juga mendorong industri hulu agar pasokan bahan baku lokal makin besar," kata Benny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×