Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
Selain merambah ke segmen batubara, BMSR juga melebarkan sayapnya ke bisnis nikel. Di tahun 2020, pihaknya mengakuisisi saham PT Tekonindo yang merupakan perusahaan tambang nikel yang beroperasi di daerah Kabaena, Sulawesi Tenggara dengan luas Izin Usaha Pertambangan sebesar 531,3 Ha.
Melalui akuisisi ini, BMSR mengempit 57% saham atau 10,41 miliar saham Tekonindo.
Perkembangan ke segmen usaha nikel diakui Welly masih dalam tahap pengajuan permohonan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) ke Kementerian ESDM. Jika sudah disetujui, mereka akan langsung melakukan aktivitas pengeboran dan jika ada isinya akan langsung dijual.
“Sebelumnya sudah pernah dilakukan produksi tapi RKAB 2022 belum keluar karena memang banyak kendala,” ungkapnya.
Welly menegaskan, meskipun segmen usaha nikel ini mengalami kendala, tidak akan berdampak signifikan terhadap pendapatan BMSR secara konsolidasi.
Di segmen usaha perdagangan kimia, manajemen Bintang Mitra Semestaraya tetap optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan 2%-4% yoy di sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Laba Bersih Bintang Mitra Semestaraya (BMSR) di Kuartal I-2022 Melejit 2.172,21%
Direktur Bintang Mitra Semestaraya, Tony Santosa memaparkan, harga produk kimia mengacu pada harga internasional yang sejauh ini trennya masih stabil dan belum menunjukkan adanya penurunan yang drastis.
“Mengenai volume penjualan di kuartal II 2022 memang akan ada sedikit penurunan tetapi tidak signifikan. Permintaan kimia tidak selalu rutin setiap bulan, hanya di masa tertentu saja,” paparnya.
Kendati begitu dengan adanya tren kenaikan harga komoditas yang terjadi secara eksponensial beberapa waktu belakangan ini karena kondisi global, manajemen BMSR tidak menampik bahwa harga produk kimia akan meningkat.
Maka itu mereka tetap teguh dengan target pertumbuhan di segmen usaha ini hingga tutup tahun nanti.
Pada kuartal I-2022, BMSR mencetak pertumbuhan kinerja yang signifikan. BMSR mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 74,03% secara tahunan menjadi Rp 1,36 triliun dari sebelumnya Rp 762,40 miliar.
Seiring naiknya pendapatan, BMSR mencatatkan kenaikan laba bersih konsolidasi hingga 2.540% yoy menjadi Rp 91,4 miliar dibandingkan kuartal I 2021 yang senilai Rp 3,5 miliar. Peningkatan tersebut didorong meningkatnya pendapatan usaha yang berasal dari peningkatan harga jual produk kimia dan peningkatan volume penjualan batubara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News