Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konglomerasi semakin ramai di dunia bisnis Indonesia. Perusahaan-perusahaan berskala jumbo kian melebarkan sayap ke berbagai sektor lain untuk memperkuat ekosistem usahanya. Satu diantara konglomerasi di Indonesia adalah Grup Salim.
Anthoni Salim dan kerajaan bisnisnya mengempit berbagai sektor usaha, mulai dari segmen barang konsumsi, otomotif, logistik dan transportasi, energi, agribisnis, infrastruktur, finansial, telekomunikasi, hingga data center.
Grup Salim menggenggam saham di sejumlah emiten, antara lain PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Makmur Tbk (ICBP), PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS), PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), dan PT Nusantara Infrastructure Tbk (META).
Selain itu, Anthoni salim juga mengempit saham di emiten yang memiliki fokus usaha pada pengembangan bisnis digital dan telekomunikasi seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).
Pengamat dari Lembaga Manajemen FEB UI Toto Pranoto menilai, strategi konglomerasi menjadi opsi yang potensial dipilih oleh grup dengan extra cashflow. Kemudian, grup bisnis tersebut menginvestasikan pada berbagai sektor, khususnya untuk bidang potensial penunjang bisnis mereka di masa mendatang.
"Jadi bidang bisnis baru ini tidak selalu harus related dengan core business mereka. Istilahnya diversifikasi ke unrelated business. Strategi ini yang kemudian dikenal sebagai strategi konglomerasi," ungkap Toto saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (4/8).
Baca Juga: Agresif Menangkap Peluang di Bisnis Data Center, Prospek Saham TLKM Menjanjikan
Dalam konteks Grup Salim, extra cashflow dapat diraih dari bisnis produk konsumsi hingga ritel dengan kinerja yang bisa stabil, bahkan terus menanjak. "Lalu kenapa masuk ke sektor digital? karena ini yang akan berkembang di masa depan," sambung Toto.