Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pembelian bahan makanan meningkat tajam sampai dengan 51% selama wabah corona. Pandemi corona menyebabkan masyarakat banyak membeli makanan pokok untuk dimasak sendiri di rumah.
Industri pangan optimistis dapat menyuplai kebutuhan konsumsi tersebut. Ketua Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengatakan, saat ini pabrik gula sudah mulai melakukan penggilingan danĀ gula impor sudah mulai datang.
Bicara soal pasar gula konsumsi, Budi mengaku, belum memiliki data yang pasti saat ini. "Yang jelas pabrik gula sudah pada mulai giling dan gula impor sudah mulai datang sehingga stok dipasar tersedia, kalau ada permintaan di pasar bisa terpenuhi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/6).
Baca Juga: Gaya hidup berubah, permintaan bahan makanan di masa PSBB meningkat
Adapun kebutuhan gula konsumsi nasional rata-rata setiap bulannya mencapai 250.000 ton. Biasanya ada kenaikan di hari libur panjang seperti bulan puasa-Idul Fitri dan Natal-Tahun Baru.
Saat pandemi corona, , Budi mengaku terbatasnya operasi warung makan, restoran dan hotel otomatis kebutuhan nasional akan gula sebenarnya bisa berkurang. Setelah relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ada anggapan bahwa daya beli dapat terungkit. Namun, Budi belum dapat menjabarkan proyeksi apakah akan ada kenaikan atau penurunan konsumsi di tahun ini.
Sementara itu produsen makanan dan minuman, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) meyakini, industri makanan dan minuman akan tetap mengalami pertumbuhan. Paulus Tedjosutikno, Direktur GOOD mengatakan sektor industri ini akan tetap menjadi andalan dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dengan dukungan pemerintah dalam hal kebijakan-kebijakan yang tepat.
Meski demikian, di tengah pandemi covid-19 ini bisnis Garudafood bukan tanpa hambatan. Dalam keterangan tertulisnya yang dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia (BEI), GOOD menyebut situasi saat ini mempengaruhi operasional perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada bisnis secara keseluruhan.
Namun demikian, Paulus masih melihat beberapa peluang yang ditangkap Garudafood. Seperti, dengan perubahan perilaku masyarakat yang menghabiskan waktu di rumah (Work From Home/WFH), diharapkan permintaan produk makanan ringan dan siap saji turut terkerek naik.
"Ada beberapa produk GOOD yang animo dari konsumen cukup baik dengan adanya perubahan perilaku masyarakat," terang Paulus. Adapun mengenai target pertumbuhan bisnis, GOOD belum dapat membagikannya detilnya lebih jauh.
Menurut Paulus, Garudafood menargetkan untuk setiap produk Garudafood memiliki pangsa pasarnya masing-masing. Oleh karena itu, GOOD selalu melakukan riset secara rutin tentang kondisi dan dinamika pasar.
"Selain itu kami juga akan menyasar pasar kelas menengah dengan melakukan inovasi produk yang lebih premium namun masih terjangkau (affordable premium product)," sebut Paulus. Produk untuk segmen ini, berpotensi menghasilkan keuntungan yang lebih baik dalam jangka panjang dan diharapkan akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Baca Juga: Ingat, mulai 1 Juli DKI larang mal, swalayan hingga pasar tradisional pakai kresek
Berkaca pada laporan keuangan GOOD di tahun lalu, segmen bisnis makanan ringan mendominasi penjualan bersih sebanyak 85% atau senilai Rp 7,15 triliun dan tumbuh sekitar 4,3% year on year (yoy). Sedangkan sisanya diisi oleh segmen produk minuman sebanyak Rp 1,28 triliun dengan pertumbuhan 7,5% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News