Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pusat perbelanjaan modern memiliki andil dalam aktivitas bisnis di suatu lokasi. Misalnya saja mal di suatu kota. Di Jakarta, keberadaan mal telah mendapat moratorium. Artinya tidak diizinkan lagi adanya penambahan karena jumlahnya dinilai sudah cukup.
Arief Raharjo, Director Research and Advisory PT. Cushman Wakefield Indonesia mengungkapkan bisnis mal masih cukup stabil. Pada semester I okupansinya tercatat 80%. Meskipun ada penurunan 1% dibanding tahun sebelumnya, hal itu tak berdampak besar.
”Penurunan angka itu tidak begitu signifikan dampaknya, bahkan kemungkinan akan ada pertumbuhan di semester dua,” imbuh Arief kepada KONTAN, Rabu (27/7).
Pertumbuhan yang dimaksud yakni penambahan luas mal di Jakarta. Bentuknya bukan sebagai ekspansi pembangunan mal baru, melainkan ditujukan pada proyek yang sudah mendapat izin sebelum moratorium dikeluarkan.
”Bentuknya bisa berupa ekspansi mal yang sudah ada ataupun retailing, yang ukurannya tidak besar. Itu sebagai pendukung fasilitas untuk proyek mixed-use,” imbuhnya.
Di Jakarta, Arief memprediksi luas mal akan bertambah 238.000 m2 pada semester kedua. Hal itu menambah jumlah luas mal saat ini yang tercatat seluas 4.084.000 m2. Sehingga diprediksi hingga akhir tahun, luas mal menjadi 4,3 juta m2.
”Tingkat harga sewa juga cukup stabil, kondisi ini diprediksi akan terjadi hingga akhir tahun,” imbuhnya.
Dia menambahkan, melihat kondisi yang baik itu membuat harga sewa tenant menjadi stabil. Bahkan dibeberapa mall diprediksi akan terjadi peningkatan permintaan. Menurutnya, di beberapa mal, tenant yang ingin masuk justru mengantre.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
