Sumber: Antara | Editor: Uji Agung Santosa
DENPASAR. Pengembangan usaha itik skala rumah tangga di Bali memperoleh keuntungan lumayan besar karena membutuhkan biaya Rp33.000 per ekor dalam setahun dengan nilai jual mencapai Rp56.000 per ekor.
"Dengan demikian peternak memperoleh keuntungan sebesar Rp23.000 per ekor dalam setahun, sehingga jika mengembangkan seribu ekor akan memperoleh keuntungan Rp23 juta," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, data tersebut diperoleh dari hasil sensus pertanian tahun 2013 yang dilakukan secara rinci terhadap sektor peternakan, pertanian, perikanan dan kehutanan yang diharapkan mampu mendukung kebijakan pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan dalam tiga tahun ke depan.
Biaya modal usaha sebesar Rp 33.000 atau Rp33 juta untuk memelihara seribu ekor itik sebagian besar untuk pembelian pakan ternak yakni Rp23.000/ekor atau 69,28 persen.
Sedangkan sisanya untuk biaya pekerja yakni Rp8.000/ekor (24,64 persen), biaya untuk pemeliharaan kesehatan Rp2.000/ekor (4,99 persen).
Sementara sisa biaya yang lainnya untuk listrik dan air. Jika biaya pemeliharaan dapat ditekan dengan mengusahakan pakan ternak sendiri berarti penerimaan peternakan semakin besar.
Panasunan Siregar menilai, pengembangan usaha itik di Bali sangat menjanjikan, karena masyarakat setempat membutuhkan itik dalam jumlah besar untuk kelengkapan ritual maupun konsumsi.
Oleh sebab itu setiap rumah tangga, khususnya di daerah pedesaan dapat memanfaatkan peluang memelihara itik, karena pakan cukup tersedia tanpa harus membeli, sehingga mampu meningkatkan pendapatan keluarga.
Panasunan Siregar menambahkan, untuk pengembangan ayam ras pedaging di Bali sebagian besar untuk biaya pakan yang mencapai Rp58,9 juta per 5.000 ekor per tahun atau 67,20 persen.
Biaya produksi setiap 5.000 ekor mencapai Rp87,7 juta tahunnya, dengan pengeluaran terbesar untuk pakan ternak. Sedangkan upah pekerja sebesar 3,60 persen.
Selain itu biaya pembelian bibit (DOC) sebesar 21,3 juta/5.000 ekor, upah pekerja Rp3,2 juta/5.000 ekor (3,60 persen) Demikian pula biaya untuk pemeliharaan kesehatan sebesar Rp1,6 juta (1,86 persen) dan biaya lain-lain Rp1.9 juta (2.15 persen).
Sedangkan sisa biaya yang lainnya untuk bahan bakar minyak (BBM), listrik dan air, sehingga pengembangan ternak ayam pedaging juga cukup menjanjikan karena memberikan keuntungan yang lumayan besar, ujar Panasunan Siregar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News