kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Wabah flu burung pada itik masih diselidiki


Jumat, 14 Desember 2012 / 15:14 WIB
Wabah flu burung pada itik masih diselidiki
ILUSTRASI. Ada banyak faktor yang termasuk dalam penyebab rambut rontok parah.


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kementerian Pertanian sampai saat ini masih melakukan peyelidikan terkait dengan merebaknya virus flu burung jenis anyar yang mengakibatkan kematian ratusan itik.

Menteri Pertanian, Suswono mengaku telah membentuk tim khusus guna menyelidiki penyebab utama kematian ratusan itik lokal. "Kami sementara ada dugaan. Kemungkinan ada pemasukan DOD (day old duck), tetapi ini kan baru kemungkinan-kemungkinan. Ini yang sedang kami telusuri apa penyebab utamanya," kata Menteri Pertanian Suswono, Jumat (14/12).

Pujiatmoko, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, kementerian Pertanian menambahkan, ada beberapa dugaan, pertama virus flu burung di itik terjadi karena ada mutasi genetik dari virus flu burung.

Kedua, karena virus tersebut sebelumnya sudah ada, tetapi belum bisa terdeteksi di Indonesia. Kemungkinan penyebab ketiga adalah, adanya migrasi dari burung-burung liar yang berasal dari negara lain dan masuk wilayah ke Indonesia.

"Ini juga memungkinkan karena burung bisa terbang jaraknya mencapai ribuan kilometer," kata Puji. Penyebab keempat adalah, impor itik. Puji menuturkan, aktivitas impor ilegal bisa membuat flu burung merebak.

Sebab, Indonesia tidak mengizinkan pemasukan unggas dari negara tertular virus flu burung. "Bila dilakukan impor itu secara ilegal, kami juga tidak tahu pasti melalui pelabuhan mana masuknya," kata Pujiatmoko.

Ia menambahkan, vaksinasi pada itik saat ini juga belum dianjurkan. Namun bagi peternak itik komersial yang sudah melaksanakan vaksinasi dapat melanjutkan menggunakan vaksin AI yang telah mendapat nomor registrasi dari Kementerian Pertanian, sambil menunggu hasil penelitian secara mendalam.

 Untuk mencegah penyebaran ke wilayah lain, lanjutnya. pengawasan lalu lintas itik dan produknya dari daerah yang terjangkit virus AI oleh dinas setempat diperketat. “Lalu lintas itik hidup dari daerah tertular dipersyaratkan dengan hasil uji laboratorium dan hasilnya harus negatif,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×