Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Layanan internet menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat di era digital. Kondisi ini turut mengangkat industri telekomunikasi, termasuk dari sisi penyediaan infrastruktur menara.
Pandemi covid-19 pun tak membuat industri menara telekomunikasi menjadi sepi. Sebaliknya, ekspansi baik secara organik maupun akuisisi tetap ramai.
Salah satu yang menyita perhatian adalah akuisisi sekitar 3.000 menara PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) oleh PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Transaksi dengan nilai sekitar Rp 3,97 triliun tersebut rampung pada 7 April 2021.
Baca Juga: Kementerian PUPR: Konstruksi tiga venue tambahan PON XX Papua selesai 100%
Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin menilai, bisnis menara telekomunikasi tetap akan cerah seiring layanan operator telekomunikasi yang semakin dibutuhkan masyarakat. Apalagi, pandemi mempercepat pergeseran pola komunikasi dari offline ke online.
Melihat pertumbuhan industri yang prospektif, Doni memprediksi perusahaan menara tetap akan rajin memperbesar aset baik dengan membangun menara sendiri (organik) maupun anorganik (akuisisi). Untuk perusahaan yang punya pendanaan kuat, akuisisi cenderung lebih dipilih karena pengembangan aset bisa secara cepat terealisasi.
"Akuisisi disukai karena biasanya menara yang dijual sudah clean and clear statusnya, serta sudah ada penyewa eksisting, sehingga sudah ada kepastian revenue," kata Doni saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (29/8).
Baca Juga: Sarana Menara Nusantata (TOWR) optimistis menatap potensi bisnis hingga akhir 2021
Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda menambahkan, pandemi memukul semua sektor. Namun, industri teknologi dan telekomunikasi mampu melesat hingga tumbuh double digits. Industri menara menjadi segmen yang terpapar imbas positif seiring pertumbuhan teknologi dan ekonomi digital yang kian masif.
"Semakin pesatnya teknologi maka semakin tinggi pula permintaan industri tower baik tower baru atau pun jual beli tower lama. Selain itu, di Indonesia sendiri masih relatif kurang pembangunan towernya terutama di daerah 3T. Pembangunan tower di sana pasti masih akan dibutuhkan," kata Huda.
Terlebih, prospek bisnis menara juga akan terpoles dengan langkah fiberisasi sejalan dengan perkembangan teknologi 5G. Penggunaan fiber optik yang terus meningkat tidak akan menyurutkan permintaan menara. Sebaliknya, fiberisasi akan mendorong perusahaan untuk membangun menara-menara baru agar bisa menampung teknologi baru di dunia telekomunikasi.
"Fiberisasi jaringan tetap membutuhkan tower. Dari sisi permintaan teknologi sangat besar, namun infrastruktur (telekomunikasi di Indonesia) masih kurang. Makanya tetap dibutuhkan ekspansi perusahaan tower ini. Jadi pengembangan fiber optic akan mendorong juga pembangunan tower," terang Huda.
Baca Juga: Belanja masyarakat kelas menengah atas pulih, ini saham rekomendasi analis