CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Blue Economy, fokus kerjasama sektor kelautan APEC


Minggu, 31 Agustus 2014 / 08:57 WIB
Blue Economy, fokus kerjasama sektor kelautan APEC
ILUSTRASI. Sinopsis Iblis Dalam Darah, garapan produser Menjelang Maghrib, salah satu film Indonesia terbaru yang rilis di bioskop pada bulan Maret 2023 ini


Reporter: Handoyo | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Para Menteri Kelautan beserta pejabat terkait yang mewakili 21 negara Asia Pasifik menyepakati Blue Economy sebagai fokus utama kerjasama kemitraan antar negara anggota APEC. Konsep Blue Economy yang fokus pada inovasi sektor perairan, energi, hingga pasokan pangan ini tertuang dalam Deklarasi Xianmen yang disahkan pada Pertemuan Tingkat Menteri Kelautan APEC Keempat di Xiamen, Tiongkok (28/8).

Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo mengatakan, ini komitmen para meteri kelautan terkait untuk membentuk kemitraan lebih terintegrasi, berkelanjutan, inklusif dan saling menguntungkan melalui kerjasama kelautan.

Adapun tiga bidang kerjasama lainnya yang menjadi prioritas yakni pertama, konservasi ekosistem laut dan pesisir serta ketahanan terhadap bencana alam. Kedua, peran laut terhadap keamanan pangan dan perdagangan yang berhubungan dengan pangan, serta ketiga adalah terkait ilmu kelautan, teknologi dan inovasi.

“Kesepakatan dalam Deklarasi Xianmen ini akan dijalankan dengan menerapkan komitmen sebelumnya, dan berfokus pada upaya kolaborasi dan tindakan terpadu”, ujar Sharif, dalam siaran persnya, Sabtu (30/8).

Menurut Sharif, setiap negara anggota sepakat bahwa terdapat hubungan potensial antara Blue Economy, pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi secara khusus. Blue Economy juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan upaya konservasi laut dan  pesisir, pengembangan inovatif, serta reformasi dan pertumbuhan ekonomi yang merupakan tiga prioritas APEC 2014.

“Oleh karena itu, kami menyerukan kerjasama Blue Economy di kawasan Asia-Pasifik dan menegaskan kembali dukungan kuat kami untuk mengambil tindakan dalam mempromosikan konektivitas dan komunikasi di antara anggota APEC untuk memfasilitasi arus barang, jasa, perdagangan dan investasi”, jelas Sharif.

Selanjutnya melalui kesepakatan tersebut setiap anggota APEC didorong untuk meningkatkan kebijakan dan dukungan kelembagaan dalam pengelolaan berbasis ekosistem, pemanfaatan insentif ekonomi dan instrumen berbasis pasar yang sesuai untuk menciptakan efisiensi dan memaksimalkan hasil ekonomi yang berkelanjutan.

“Pengembangan Blue Economy membutuhkan pemahaman yang baik tentang kelautan dan peningkatan kemampuan teknologi untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya kelautan melalui inovasi," tambah Sharif.

Dalam pengembangan dan kerjasama Blue Economy, keterlibatan sektor swasta yang sesuai dengan pandangan dan prioritas APEC dinilai sangat penting. Anggota APEC didorong untuk menggali masukan dari sektor swasta termasuk usaha kecil dan menengah, seperti melalui dialog kebijakan dan kemitraan swasta publik.

Selain itu, yang menjadi poin penting yang diatur dalam kesepakatan adalah mendorong anggota APEC untuk mengembangkan kegiatan ekonomi kelautan yang ramah lingkungan. “Blue Economy dipilih sebagai pendekatan untuk pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan, seperti energi laut terbarukan dan inovasi perikanan budidaya yang berkelanjutan”, tandas Sharif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×