Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT GTS Internasional Tbk (GTSI) telah merencanakan sejumlah ekspansi besar yang akan dikerjakan dalam empat tahun ke depan. Emiten logistik gas alam cair ini melihat prospek pengangkutan LNG di Indonesia akan semakin cerah lantaran didukung program transisi energi.
Tammy Meidharma, Direktur Utama GTS Internasional menjelaskan, kebijakan pemerintah yang mendorong adanya hilirisasi di berbagai produk mineral dalam negeri akan membuat pembangunan smelter semakin meningkat.
Adapun pabrik pengolahan mineral ini dimandatkan oleh Pemerintah menggunakan energi bersih. Nah, di sini menjadi peluang tersendiri bagi gas alam sebagai sumber energi.
Selain itu, pihaknya juga melihat prospek yang menarik dari adanya program gasifikasi kelistrikan yakni konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke gas atau LNG. Program ini serta-merta akan meningkatkan aktivitas pengangkutan logistik LNG ke sejumlah daerah di Timur Indonesia.
Baca Juga: Siap Ekspansi, GTSI Merampungkan Pembelian Kapal LNG
Menurut kabar yang telah diketahui GTSI, saat ini program gasifikasi kelistrikan sudah mulai ada perkembangan. Tammy bilang, PLN sudah membuka tender untuk 6 ruas di Papua, Sulawesi, dan NTT.
Berdasarkan sejumlah prospek tersebut, Tammy menyatakan, GTSI telah menyiapkan sejumlah rencana investasi jangka menengah. Total investasi yang akan disiapkan GTSI senilai US$ 508 juta.
Pertama, GTSI berencana membangun storage & shuttle LNG yang membutuhkan dana US$ 50 juta. Pengadaannya direncanakan di tahun depan dan diperkirakan beroperasi (comissioning) di Juni 2024.
“Diperkirakan kontrak storage and shuttle LNG pasti jangka panjang hingga 20 tahun,” jelasnya dalam acara Media Gathering & Analyst Meeting di Gran Melia, Jumat (12/5).
Kedua, GTSI akan kembali berinvestasi pada proyek Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) atau Kapal Unit Penyimpanan dan Regasifikasi Terapung senilai US$ 265 juta. Rencananya, proyek ini akan mulai comissioning di 2026 mendatang.
Tammy menilai, bisnis FSRU cukup menarik lantaran penggunaannya cukup tinggi di Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Adapun kontrak FSRU juga akan dilakukan dalam waktu jangka panjang yakni sampai 25 tahun.
Baca Juga: Pendapatan GTS Internasional (GTSI) Tumbuh 35,4% Jadi US$ 41,65 Juta pada 2022
Ketiga, proyek regasifikasi senilai US$ 175 juta yang diproyeksikan beroperasi di Juni 2026. Proyek ini mengikuti oleh sistem tender PLN yang tidak hanya ingin menggunakan fasilitas kapal saja tetapi juga membutuhkan terminal-terminal kecil untuk LNG.
Keempat, pembangunan LNG retail dan bunkering senilai US$ 18 juta yang akan selesai di kuartal II 2024.
Tammy menilai, proses pengisian bahan bakar (bunkering) LNG menjadi suatu bisnis yang bagus ke depannya. Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang sering dilewati oleh kapal internasional yang sedang menjual hasil mineralnya ke Asia.
“Tentu saja, kapal-kapal tersebut membutuhkan bunker LNG untuk mengisi bahan bakarnya,” terangnya.
Sedangkan untuk LNG retail, Tammy menilai, kebijakan pemerintah yang akan mengurangi subsidi LPG akan meningkatkan penggunaan LNG ke depannya.
Maka itu, diperlukan juga LNG Retail untuk mendukung penjualan gas alam cair ini untuk kebutuhan yang lebih luas ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News