kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -16.000   -0,82%
  • USD/IDR 16.295   0,00   0,00%
  • IDX 7.069   24,22   0,34%
  • KOMPAS100 1.030   7,41   0,72%
  • LQ45 797   1,70   0,21%
  • ISSI 227   3,06   1,37%
  • IDX30 416   -0,15   -0,04%
  • IDXHIDIV20 488   -3,49   -0,71%
  • IDX80 116   0,79   0,69%
  • IDXV30 119   1,25   1,05%
  • IDXQ30 135   -0,96   -0,71%

Budidaya Garra Rufa Masih Menjanjikan


Senin, 15 Juni 2009 / 20:00 WIB


Reporter: Dupla Kartini |

JAKARTA. Garra Rufa adalah ikan asal Turki yang belakangan ini banyak dicari orang. Bahkan, di Indonesia, belakangan ini garra rufa lagi naik daun. Pasalnya, ikan berukuran kecil ini mampu membersihkan kulit mati di tubuh manusia, dan menghasilkan enzim yang bisa menyembuhkan penyakit kulit seperti Psoriasis. Tak heran, banyak tempat spa yang mulai memanfaatkan kemampuan ikan ini.

Sejak dua tahun terakhir, garra rufa pun mulai dibudidayakan di dalam negeri. Pembudidayaannya tidak sulit, karena bisa hidup di air tawar dengan suhu udara sedang seperti di Jakarta dan wilayah Indonesia pada umumnya.

Salah satu pembudidaya ikan berwarna coklat keabu-abuan ini adalah Andre Suwondo di Jakarta. Di awal, Andre mengambil bibit garra rufa dari Singapura. Hal itu dilakukan karena lokasinya lebih dekat, apalagi bibit dari Singapura juga berasal dari Turki, sehingga kualitasnya sama.

Di awal budidaya, Andre membeli bibit ukuran 2,5 cm - 3 cm yang akan dijadikan indukan seharga Rp 55.000 per ekor. Bibit ini dipelihara selama 8 bulan hingga mencapai ukuran 10 cm - 12 cm sebagai indukan. Untuk pembudidayaan Andre memilih menggunakan aquarium berukuran 1 meter, supaya lebih mudah dikontrol.
"Kalau dibudidayakan di kolam yang berlumut dan kena sinar matahari langsung, biasanya warna ikan jadi hitam, dan sulit dikontrol saat bertelur" sebutnya.

Hasil indukan baik betina maupun pejantan disuntikan obat hormon melalui punggungnya. Tujuannya, supaya nanti telurnya lebih matang. Kemudian 7 - 8 pasang garra rufa disatukan dalam satu aquarium untuk dikawinkan.

Sekitar 1 atau 2 hari pascakawin, ikan akan mulai bertelur. Kemudian, dilakukan pemijahan atau pemisahan telurnya di aquarium yang berbeda supaya tidak dimakan oleh induknya.

Setelah telur menetas, diperlukan waktu sekitar 3-4 bulan hingga anakan bisa mencapai ukuran 4 cm dan siap dijual. "Satu indukan sekali bertelur bisa 200 hingga 300 telur, tapi sekitar 15 persennya biasa gagal," terang pria yang memulai budidaya sejak 2008 ini.

Dalam satu aquarium, Andre biasa menempatkan 500 ekor garra rufa. Ikan ini termasuk kuat atau tak rentan. Cuma air aquarium perlu diganti setiap hari sekitar 20 persennya. Air tidak bisa diganti 100 persen langsung, karena ikan bisa kaget dengan air baru.

Untuk pakannya, anak garra rufa yang baru menetas diberi plankton. Sedangkan untuk ikan dewasa pakannya berupa pelet dan cacing sutera atau cacing darah yang teksturnya kecil dan halus. Pemberian makan 2 - 3 kali sehari.

Andre membudidayakan sesuai pesananan dan sebagian kecil untuk stok. Setidaknya dalam sebulan dia bisa menjual 5000 - 10.000 ekor, dengan harga Rp 10.000 per ekor. Dengan perkiraan itu, omsetnya bisa mencapai Rp 50 juta hingga Rp 100 juta.

Namun, dia tidak bisa menyebut secara pasti besar pengeluarannya. Cuma, setiap hari untuk pakan 1000 ekor garra rufa, dia mengeluarrkan biaya Rp 5000. Peralatan yang diperlukan pun tidak rumit, hanya aquarium dan filter air.

Garra rufa hasil budidaya ini dipasarkan hingga seluruh Indonesia, seperti wilayah Sumatera, Jawa dan Bali. Andre juga menerima pesanan dari eksportir yang menjualnya ke Singapura atau Miami.Permintaan besar biasa dari tempat spa, sementara pembeli pribadi biasanya pesan dalam jumlah kecil.

Andre bilang, meski pembudidaya garra rufa ini mulai banyak, tapi permintaannya masih bagus. Menurutnya, dalam beberapa tahun ke depan peluang bisnis ini masih akan bagus, selama belum ada tren terbaru atau penggantinya. Selain itu, ikan ini hanya bisa bertahan maksimal 6 tahun, sehingga pemilik spa besar kemungkinan akan mengganti dengan yang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×