kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bukaka Teknik Utama Incar Pasar Eropa dan Amerika, Begini Strateginya


Sabtu, 20 Mei 2023 / 09:45 WIB
Bukaka Teknik Utama Incar Pasar Eropa dan Amerika, Begini Strateginya


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK) kian serius menggarap proyek smelter nikel melalui anak usahanya PT Bumi Mineral Sulawesi.

Direktur Keuangan Bukaka Teknik Utama Afifuddin Kalla mengungkapkan, pihaknya kini tengah membangun dua pabrik smelter nikel di Palopo, Sulawesi Selatan.

Kedua pabrik tersebut terdiri dari pabrik feronikel (FeNi) dengan kapasitas 34 ribu ton per tahun dan pabrik nikel sulfat dengan kapasitas 31.400 ton per tahun dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leach (HPAL).

"Untuk jadwal Commercial Operation Date (COD) kemungkinan pabrik FeNi akan jalan diakhir tahun ini di November. Pabrik kedua akan COD pada kuartal I 2024," kata Afifuddin dalam Public Expose, Rabu (17/5).

Baca Juga: Bukaka Teknik Utama (BUKK) Bidik Pasar Garbarata di Timur Tengah

Afifuddin melanjutkan, pada tahun 2024 pihaknya bakal terus mengembangkan pabrik nikel sulfat untuk fase II.

Pembangunan fase II ini meliputi empat pabrik nikel sulfat dengan kapasitas masing-masing sebesar 31.400 ton per tahun.

"Kita melihat sumber daya di Sulawesi yang bisa dimanfaatkan itu nikel. Kami ingin jadi pemain nikel di Sulawesi yang kepemilikannya 100% nasional," jelas Afifuddin.

Afifuddin melanjutkan, nantinya sejumlah pasar akan disasar oleh perusahaan antara lain Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang.

Menurutnya, produk smelter dalam negeri saat ini menghadapi tantangan kebijakan Inflation Reduction Act (IRA).

 

"Kami yakin dengan komposisi seperti ini kami bisa masuk dan suplai ke pasar Amerika yang butuh nikel yang lebih green dan juga cara pembuatannya menekan CO2 sebanyak-banyaknya," terang Afifuddin.

Afifuddin mengungkapkan, kebutuhan listrik fasilitas pengolahan ini akan dipasok dari pembangkit energi baru terbarukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×