kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bukit Uluwatu rambah bisnis F&B


Sabtu, 22 September 2012 / 09:10 WIB
ILUSTRASI. (Dok/Instagram @McdonaldsID) McD mengadakan Promo Beli 1 Gratis 1 khusus di hari ini saja di tanggal 30 Juli 2021 bagi pengguna stiker Drive Thru ke 30 tahun


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pengembang beberapa Hotel Alila, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk siap merambah bisnis food and beverage (F&B). Perusahaan melalui anak usahanya, yaitu PT Boga Utama Internasional, BUVA berniat mengembangkan merek F&B sendiri.

Boga Utama Internasional sendiri merupakan perusahaan patungan antara Bukit Uluwatu dan PT Asia Leisure Network. Asia Leisure merupakan pemegang 33,23% saham Bukit Uluwatu. Adapun, BUVA mengempit 49% saham Boga, sisanya milik Asia Leisure Network. Jumlah modal untuk mendirikan perusahaan itu kurang dari Rp 10 miliar.

Chief Financial Officer (CFO) BUVA Hendry Utomo menuturkan, rencana ekspansi ke bisnis F&B dipilih lantaran masih sejalan dengan bisnis utama perusahaan, yaitu perhotelan. Sayang, ia belum mau cerita banyak soal merek F&B yang akan diusungnya.

Dia hanya menyebut, pada penghujung tahun ini, Bukit Uluwatu berencana membuka gerai F&B perdananya di Jakarta. "Selain di Jakarta, selanjutnya, kami akan mendirikan gerai di Bali," ujar Hendry dalam Public Expose BUVA di Jakarta, Jumat (21/9).

Namun, dia masih merahasikan target pembukaan gerai tahun depan. Untuk membuka setiap gerai, diperkirakan menelan biaya Rp 10-20 miliar.
Meskipun baru dirintis, Bukit Uluwatu terlihat menaruh harapan besar pada bisnis F&B. Hendry memperkirakan kontribusinya bisa mencapai 15% terhadap pendapatan perusahaan pada tahun depan.

Membangun Alila

Sejauh ini, Bukit Uluwatu masih mengandalkan pendapatan berulang (recurring income) sebagai sumber pemasukan terbesar. Pendapatan berulang dari hotel-hotel yang dikelolanya menyumbang 65% terhadap total pendapatan perseroan, dan sisanya dari penjualan villa.

Saat ini, Bukit Uluwatu sudah memiliki portofolio hotel Alila Ubud dan Alila Villas Uluwatu. Selain itu, perseroan pun sedang mengerjakan pembangunan hotel Alila Sudirman Central Business District (SCBD) di Jakarta, dan Alila Bintan di Kepulauan Riau. Pembangunan keduanya sudah dimulai tahun lalu.

Alila SCBD, yang merupakan proyek pertama BUVA di perkotaan, berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi (m2). Hotel tersebut memiliki 240 kamar plus fasilitas delapan ruang pertemuan. Tarif menginapnya berkisar US$ 250-US$ 300 semalam.

Sedangkan, Alila Bintan membentang di lahan seluas 14 hektare. Hotel tersebut hanya memiliki 40 kamar bertarif US$ 650-US$ 700 semalam. Tapi, Alila Bintan juga menawarkan 27 unit villa seharga US$ 1,75-US$ 2,5 per lot.

Nah, Alila Bintan ditargetkan beroperasi tahun depan, menyusul Alila SCBD di awal 2014 mendatang. Pembangunan keduanya menelan investasi sebesar Rp 580 miliar. "Kami telah mendapat komitmen dari BCA senilai Rp 150 miliar untuk Alila SCBD, dan Rp 200 miliar untuk Alila Bintan. Sisanya dari kas internal," papar Hendry.

Tahun ini BUVA berharap pemasukan dari hotel tumbuh 10%-11% dibanding tahun lalu. Namun, Hendry tidak bisa memproyeksikan target pendapatan tahun ini, lantaran sangat tergantung pada penjualan properti.

Adapun, hingga paro pertama tahun ini, perseroan telah menorehkan pendapatan Rp 88,14 miliar, naik 10,8% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara, laba bersihnya hanya naik tipis sekitar 3% dibanding realisasi periode yang sama tahun sebelumnya.

Tahun ini, BUVA menganggarkan belanja modal atau capital expenditure untuk ekspansi mencapai Rp 300 miliar. Jumlah yang sudah terpakai sebesar Rp 220 miliar untuk akuisisi lahan PT Bukit Nusa Harapan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×