Reporter: Herlina KD, Ewo Raswa | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Perusahaan Umum Bulog harus berpikir keras karena harga beras dunia terus merambat naik. Maklum, sebagai stabilisator harga beras di dalam negeri, perusahaan pelat merah ini harus menyiapkan cadangan beras yang aman guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Nah, salah satu langkah Bulog menambal cadangan beras adalah dengan cara mengimpor beras. Tapi, agar harga beras impor itu tidak terlampau tinggi manakala sudah sampai ke Indonesia, Bulog meminta keringanan bea masuk. "Kami meminta bea masuk beras dihapuskan, sekarang masih menunggu persetujuan," kata Sutarto Alimoeso, Direktur Utama Bulog kepada KONTAN, Senin (29/11).
Sutarto mengaku, perusahaannya sudah meminta pembebasan bea masuk beras tersebut kepada Kementerian Perdagangan beberapa waktu lalu. Sejauh ini, impor beras yang dilakukan Bulog terkena biaya sebesar Rp 568 per kilogram (kg). Rinciannya, bea masuk Rp 450 per kg dan sisanya pajak penghasilan.
Jika disetujui, Bulog akan meminta pemerintah membebaskan bea masuk 600.000 ton beras impor mereka. Bagi sebagian beras impor yang telah masuk, Bulog akan meminta pengembalian (restitusi).
Aksi Bulog meminta penghapusan bea masuk beras memang beralasan. Maklum, harga beras di Thailand dan Vietnam sebagai negara asal impor terus naik. Di Thailand, misalnya, harga beras pecahan 25% pada pekan lalu mencapai US$ 480 per ton, naik 3,9% dibanding Oktober sebesar US$ 462 per ton. Di Indonesia, harga beras kualitas medium juga melejit jadi Rp 7.500 per kg. Ini adalah harga tertinggi sejak Januari 2010.
Sayang, hingga kini, pemerintah belum memutuskan apakah permohonan Bulog diterima atau tidak. Kabar yang berhembus, Kementerian Perdagangan sudah menyampaikan rekomendasi penghapusan bea masuk impor beras itu ke Kementerian Keuangan dan Kementerian Koordinator Perekonomian.
Tapi, Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady mengaku belum tahu masalah ini. "Bisa saja disampaikan ke tim tarif untuk dibahas antardepartemen," kata Edy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News