Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Bumi Citra Permai Tbk anggarkan belanja modal Rp 50 miliar. Adapun dana tersebut untuk melanjutkan proyek Millennium Industrial Estate di Cikupa, Tangerang.
Edward Halim, Direktur Utama Bumi Citra Permai menyebutkan bahwa dana yang bersumber dari internal itu nantinya akan digunakan untuk akuisisi lahan, pembangunan, dan biaya. "50% tanah, 20% pengembangan, 10% biaya. Sisanya tentatif, bisa tanah ataupun pembangunan," ujarnya di Jakarta, Jumat (14/6).
Untuk pembelian tanah, tahun ini pihaknya berencana akuisisi sekitar 50 ha hingga 70 ha. Sebabnya, pihaknya memiliki izin pengembangan hingga 1.800 ha sedangkan yang baru dikembangkan saat ini sekitar 500 ha.
Edward melanjutkan bahwa untuk proses akuisisinya sepanjang semester I ini telah akuisisi 2 ha - 3 ha lahan baru. Asal tahu saja, saat ini sudah ada 300 tenan yang masuk. Adapun harga jual tiap kavlingnya senilai Rp 2,5 juta per m2.
Dari pengembangan yang dilakukan, emiten dengan kode saham BCIP di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini membidik marketing sales sebesar Rp 200 miliar. Adapun nilai tersebut sama dengan tahun lalu. "Tidak signifikan, karena gonjang-ganjing, perang dagang, dan kondisi politik," tuturnya.
Di luar itu, pihaknya juga akan mengembangkan residensial yang akan dilakukan oleh anak usahanya. Namun, untuk rencana tersebut pihaknya yang menjelaskan secara detail lantaran bukan fokus bisnisnya.
Asal tahu saja, BCIP sendiri menggunakan sistem beli putus atas kavlingnya. Saat ini pihaknya mencatat ada sekitar 300 tenan sektor manufaktur yang buka di tempatnya.
Sebenarnya, pihaknya juga berupaya untuk menyewakan tenanya untuk menambah pundi-pundi pendapatan. Hanya saja, pihaknya melihat banyak investor kurang tertarik selain itu pemain lain sudah banyak yang menyewakan.
Karenanya, pihaknya memilih untuk fokus pada model bisnis beli baru. Selanjutnya, pihaknya juga membidik market baru. "Industri yang kami tuju logistik, elektronik, dan perusahaan-perusahaan yang menggunakan big data," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News