Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Pertamina melihat potensi bisnis yang besar dalam bursa karbon. Ke depannya perusahaan migas pelat merah ini akan memperbesar kontribusinya dalam perdagangan karbon.
Vice President (VP) Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso melihat potensi besar terkait pengembangan bisnis karbon yang meliputi perdagangan karbon dan pengembangan proyek karbon.
“Hal tersebut tercermin dari suksesnya peluncuran perdana Bursa Karbon IDX di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta oleh Presiden Jokowi bulan September lalu. Saat itu, Pertamina melalui subholdingnya Pertamina New & Renewable Energy merupakan satu-satunya penjual yang melantai di bursa karbon dan langsung habis dibeli banyak perusahaan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (8/10).
Baca Juga: Transaksi Bursa Karbon Sepi, IESR Kupas Penyebabnya
Adapun unit karbon yang dijual Pertamina adalah dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi Lahendong Unit 5 dan 6, dengan volume sekitar 864.000 tCO2e, yang dihasilkan selama periode 2016 – 2020.
Fadjar menyatakan, Kredit karbon ini telah memenuhi standar nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Mengacu hal tersebut, Pertamina melihat ke depan bursa karbon ini semakin dapat berkembang dan semakin banyak perusahaan yang berpartisipasi.
Di internal Pertamina Grup sendiri, lanjut Fadjar, Subholding Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) menjalankan peran sebagai trader di internal Pertamina Grup. PNRE juga akan menjadi pemain kunci perdagangan karbon, karena sudah mempunyai suplai yang telah tersertifikasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Baca Juga: Setelah 4 Hari Perdagangan Sepi, Bursa Karbon Kembali Riuh
Selain proyek kredit karbon dari PLTP yang dikelola anak usahanya yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dalam jangka menengah kami juga mengembangkan proyek-proyek nature & ecosystem-based solutions (NEBS) salah satunya melalui kerjasama 9 konsesi kehutanan dengan Perhutani.
“Pertamina akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak dalam membangun pasar dan ekosistem karbon yang kuat, transparan, dan terpercaya di Indonesia demi tercapainya aspirasi keberlanjutan nasional dan mewujudkan target pemerintah Net Zero Emission 2060,” tandasnya.
Namun sayang, meski telah sukses melaksanakan perdagangan karbon, Fadjar belum bisa memastikan proyeksi kontribusi bisnis baru ini pada kinerja keuangan Pertamina di sepanjang tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News