kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Butuh Waktu Jangka Panjang untuk Pembenahan Hulu Migas


Jumat, 22 April 2022 / 20:35 WIB
Butuh Waktu Jangka Panjang untuk Pembenahan Hulu Migas


Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah upaya terus dilakukan pemerintah dalam menjaga kinerja hulu migas tahun ini dan tahun-tahun mendatang.

Seperti diketahui, melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), pemerintah menjalankan sejumlah strategi seperti optimasi aset eksisting, peningkatan resource to production, Enchanced Oil Recovery (EOR) hingga peningkatan aktivitas utama hulu migas.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan, ada permasalahan yang kompleks dalam produksi hulu migas. Untuk itu, hasil pembenahan maupun optimasi tidak bisa bersifat mendadak.

"Segala sesuatu perlu persiapan jangka panjang, ini bagian dari problem sebelum-sebelumnya," terang Komaidi kepada Kontan, Jumat (22/4).

Komaidi melanjutkan, untuk jangka pendek sektor hulu migas perlu mencegah penurunan produksi alamiah secara lebih optimal.

Baca Juga: Produksi Migas Tak Optimal, Waspada Defisit Anggaran Melebar

Senada, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengungkapkan, kondisi yang terjadi di  sektor hulu migas saat ini sudah sangat mendesak sejak 10 tahun lalu dimana produksi terus mengalami penurunan.

Moshe melanjutkan, implementasi EOR di Indonesia menghadapi tantangan keekonomian.

"Mayoritas lapangan kita cukup telat menerapkan teknologi EOR sehingga biayanya terlalu tinggi untuk ekonomis walaupun dengan insentif tambahan, hanya ada beberapa teknologi yang masih ekonomis di harga migas di bawah US$ 60 per barel, hanya ini yang masih bisa berjalan," ungkap Moshe kepada Kontan, Jumat (22/4).

Investor masih berhati-hati

Industri hulu migas pun kini masih belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi covid-19. Moshe menjelaskan, gejolak geopolitik dunia yang terjadi secara khusus Konflik Rusia-Ukraina menyebabkan ketidakpastian situasi pada pasar global migas.

Menurutnya, hal ini tercermin dari masih terjadinya fluktuasi harga minyak kendati dalam beberapa waktu terakhir masih bertengger di atas US$ 90 per barel.

Baca Juga: Pendapatan RUIS Naik 1,23% Jadi Rp 1,64 Triliun pada 2021




TERBARU

[X]
×