Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Baca Juga: Kinerja mumpuni, PTPN V raih Rp 5,3 triliun di tahun 2020
"Pekerjaan rumah kami di awal program adalah meyakinkan kepada petani bahwa mereka terjamin bersama kami. Sehingga Perusahaan berani menjamin produktivitas sawit petani tidak dibawah standar nasional. Kalau di bawah (standar), kami ganti", tukasnya.
Dan komitmen tersebut terbukti saat seluruh produktivitas sawit Tandan Buah Segar (TBS) sawit plasma sekarang ini berada di atas standar nasional.
Seperti misalnya standar nasional untuk kelapa sawit tanaman menghasilkan tahun ke 3 (TM3) adalah 19 Ton TBS per hektare per tahun, maka petani sawit plasma PTPN V berhasil memperoleh 23 Ton TBS per hektare per tahun.
Untuk Kelapa Sawit TM 4 yang standar nasionalnya ada di 23 Ton TBS per hektare per tahun, sawit plasma Perusahaan berhasil mencapai 27 Ton TBS per hektare per tahun.
Lebih jauh, tidak hanya jaminan produktivitas, kekhawatiran petani atas minimnya penghasilan selama masa menunggu panen, diatasi dengan program padat karya dan pendanaan modal pada usaha sampingan petani.
"Selama dua tahun terakhir, dalam proses peremajaan utamanya saat pemeliharaan hingga panen, PTPN V melibatkan para petani untuk dapat bekerja di lahannya sendiri," beber Jatmiko seraya menyebutkan hal itu selain menjadi sumber pendapatan, juga bisa meningkatkan skill petani melalui transfer knowledge budidaya sawit yang baik dan lestari.
"Dengan padat karya, Petani mitra tetap menerima penghasilan dengan bekerja di lahan sendiri. Di samping itu, terakhir kita juga jalankan program Pendanaan UKM petani plasma, di mana usaha sampingan yang dimiliki petani, kita stimulus melalui bantuan modal kerja yang sifatnya bergilir dan bergulir," tukasnya.
Ternyata pola yang diterapkan PTPN V dalam mengelola sawit rakyat menjadi perhatian dan rujukan PTPN lain sebagaimana disampaikan oleh Komisaris Utama PTPN VI Cheery Pramoedito Sarwono saat berkunjung ke Kebun Plasma PTPN V di Rokan Hulu beberapa waktu lalu.
Menurutnya sinergi perusahaan dan petani melalui KUD menjadi penting, diantaranya terkait pengawasan keuangan KUD sehingga biaya pokok dapat terkontrol.
"Yang selama ini kami hadapi adalah bagaimana caranya melakukan pengawasan dan bersinergi, karena akan menjadi indikator utama keberhasilan dalam melaksanakan kemitraan dan PSR," kata dia.
Selanjutnya, Cheery mengatakan bahwa PTPN VI juga ingin mempelajari strategi PTPN V dalam menyelesaikan masalah-masalah kemitraan, terutama verifikasi dokumen serta menyakinkan perbankan untuk menyalurkan modal pembiayaan.
"Kami telah melihat langsung dan kami sangat kagum dengan pola pengelolaan plasma yang diterapkan PTPN V bersama dengan KUD binaan. Terbukti dari kunjungan lapangan yang menunjukan kondisi areal yang seragam seperti kondisi kebun inti," tambahnya.