kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,57   -6,79   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cegah perang harga, BRTI harus atur tarif data


Senin, 08 Mei 2017 / 10:00 WIB
Cegah perang harga, BRTI harus atur tarif data


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

JAKARTA. Pro kontra terhadap tarif internet di Indonesia terus bergulir. Sebagian masyarakat beranggapan, tarif internet di Indonesia murah. Tapi, ada sebagian masyarakat yang mengatakan tarif internet sudah mahal. Mari kita bandingkan dengan tarif di luar negeri. Perusahaan telekomunukasi di India menjual paket internet per bulan antara Rp 200.000 hingga Rp 300.000. Sedangkan ATT dan T-Mobile, rata-rata melego Rp 900 ribu hingga Rp 1 juta. Sedangkan SingTel, mematok harga  Rp 300.000 sampai Rp 600.000.

Victoria Venny, analis saham MNC Securites, menilai, harga paket internet di Indonesia terbilang murah dibandingkan negara-negara lain. 
“Mereka mematok harga paket internet mahal karena kualitas dan jangkauan lebih baik ketimbang operator di Indonesia,” tutur Venny, dalam penjelasan tertulis yang diterima KONTAN, Minggu (7/5) malam. Menurutnya, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dapat mengatur tarif internet agar keterjangkauan dan kualitas layanan operator telekomunikasi dapat selalu terjaga

Sedangkan Raymond Kosasih, analis PT Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia, menghitung, harga paket data di Indonesia Rp 14 per megabyte (mb) hingga Rp 23 per mb. Padahal di tahun 2011 harga data di Indonesia pernah mencapai Rp 350 mb. Dari kalkulasi Raymond, dengan kenaikkan tarif data Rp 1 per mb,  akan meningkatkan average revenue per user (ARPU) XL Axiata dan Indosat sebesar Rp 1.000 perbulan. 

Selain menjaga keterjangkauan dan kualitas, pengaturan harga oleh regulator juga agar operator telekomunikasi tidak melakukan perang harga. Jika banting-bantingan harga paket data ini terus dilakukan,  kinerja keuangan emiten telekomunikasi  terganggu. Ujung-ujungnya, kualitas dan pelayanan ke pelanggan juga menjadi korban. 

Dalam mengatur tarif internet, BRTI meminta masukkan dari masing masing operator. Operator yang membangun jaringan hingga pelosok dan daerah-daerah terpencil atau perbatasan, tentu memiliki struktur tarif yang jauh lebih besar ketimbang emiten yang hanya membangun di daerah perkotaan. Pembangunan di perkotaan membutuhkan biaya y jauh lebih murah. “Sehingga wajar saja jika tarif Indosat dan XL yang hanya menyasar kota-kota besar di Jawa, Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan. jauh lebih murah ketimbang Telkomsel, yang memiliki jaringan hingga pelosok,” terang Venny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×