Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang sudah terjadi nyaris dua tahun di Indonesia, memberikan banyak pelajaran berharga bagi produsen vaksin PT Bio Farma (Persero). Menurut Honesti Basyir, CEO Bio Farma, pandemi mengakselarasi transformasi di industri kesehatan Tanah Air.
Honesti mengatakan, pandemi memberikan pembelajaran menarik bagi Bio Farma. Pagebluk yang terjadi dapat mengubah semua perilaku dan mendorong industri kesehatan merespon situasi dengan cepat.
Honesti berkaca pada upaya Indonesia berusaha mendapatkan vaksin di masa awal pandemi. "Pada masa itu, vaksin sebanyak 50 juta dosis didapatkan dalam 5 bulan, lalu 50 juta berikutnya dalam 7 minggu, dan 50 juta selanjutnya didapat kurang dari 7 minggu. Ini merupakan kemajuan dan kita mampu merespon dengan cepat," jelasnya dalam acara CEO Live Series #1 supported by Eka Hospital, bertajuk “Healthcare Industry Post Pandemic” di Jakarta, Rabu (10/11).
Selain penyediaan vaksin, Honesti juga menyoroti regulasi yang dilakukan pemerintah seperti pemberian izin edar vaksin yang biasanya membutuhkan waktu 7 tahun sampai 10 tahun, kali ini bisa hanya 3 bulan sampai 6 bulan saja.
Baca Juga: Distribusi vaksin Covid-19 di bulan September capai 56,1 juta dosis
Mengevaluasi dari pengalaman sebelumnya, Honesti menyadari bahwa Bio Farma tidak mungkin hanya sekadar membeli/mengimpor vaksin saja, tetapi juga harus bisa memproduksinya. Maklum, Bio Farma sudah berpengalaman lebih dari satu abad memproduksi vaksin. Maka dari itu, di masa awal pandemi, pihaknya juga membeli bahan baku vaksin (bulk) yang bisa diproduksi sendiri di dalam negeri.
Lantas, untuk menjawab kebutuhan di masa yang akan datang, Honesti bilang, Bio Farma juga mengikuti perkembangan teknologi khususnya platform-platform baru dalam pengembangan vaksin. Misalnya saja, saat ini Bio Farma sudah memproduksi virus dengan platform inactivated virus, ke depannya induk holding farmasi BUMN ini akan mengembangkan vaksin melalui platform lainnya seperti 'messenger-RNA (mRNA) .
Honesti mengungkapkan, dalam jangka waktu menengah dan panjang, pihaknya gencar mengembangkan bisnis lewat kerja sama dengan berbagai pihak.
Adapun pengembangan yang akan dilakukan Bio Farma tidak akan dimulai dari nol. Perusahaan farmasi pelat merah ini akan menjalin kerja sama dengan lembaga riset. Honesti mengungkapkan, selama ini kelemahan Bio Farma ada di level hulu.
Nantinya, produksi akan dilakukan Bio Farma. Melalui cara kerja sama ini, diharapkan industri kesehatan dapat lebih cepat merespons kondisi darurat yang terjadi di masa yang akan datang.
Selain itu, Bio Farma juga akan terus memperlebar kompetensinya melalui penguasaan teknologi baru. "Banyak platform baru yang belum dimiliki Bio Farma misalnya MRNA. Strategi yang kami lakukan adalah kerja sama dengan technology owner, itulah cara cepat. Kita bangun kompetensi di sini, fasilitas dibangun, orang-orang dididik, investasi, dan lainnya," ujarnya.
Selain dari sisi hulu, Honesti juga menyoroti sisi hilir utamanya distribusi vaksin secara merata dan sesuai standard. Salah satu upaya yang dilakukan yakni membangun sistem IT untuk memastikan vaksin dari gudang Bio Farma dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Selanjutnya: Dirut Bio Farma ungkap tarif tes PCR masih bisa turun lagi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News