Reporter: Asnil Bambani Amri, Pamela Sarnia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk berambisi mendekap 50% pangsa pasar polietilena (PE) tanah air. Untuk itu, mereka akan membangun pabrik PE anyar di Cilegon, Banten, pada pertengahan tahun 2017.
Walaupun jadwal masih tahun depan, Chandra Asri sudah sibuk melakukan process design package (PDP). Mereka memperkirakan, proses PDP hingga pembangunan pabrik memakan waktu dua tahun hingga 2,5 tahun. Dengan begitu, target operasional pabrik adalah 2019.
Chandra Asri akan membikin pabrik PE berkapasitas produksi 400.000 ton per tahun. Mereka bakal menyematkan teknologi Unipol PE Process milik perusahaan asal Amerika Serikat, Univation Technologies LLC.
Suryandi, Human Resources and Corporate Administration PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, menjelaskan, pabrik PE tersebut mengolah etilena menjadi linear low density polyethylene (LLDPE), high density polyethylene (HDPE) dan metallocene LLDPE.
Sejauh ini, Chandra Asri biasanya menjual kelebihan etilena mereka ke pelanggan ritel. Pasca pabrik PE beroperasi, Chandra Asri akan menghentikan penjualan ritel ethylene. "Tiga tahun lagi kami akan setop penjualan ethylene ke Lotte Chemical Titan dan Asahimas Chemical. Kami akan gunakan etilena untuk produksi sendiri," terang Suryandi saat ditemui KONTAN di kantornya, Rabu (14/9).
Meski rencana sudah tersusun rapi, Chandra Asri belum bisa memastikan nilai investasi pembangunan pabrik. Mereka cuma bilang, saat ini lebih pede menyusun rencana ekspansi lantaran kinerja semester I-2016 membikin kas menebal.
Yang pasti, Chandra Asri mengaku pilihan ekspansinya penuh pertimbangan. Perusahaan berkode TPIA di Bursa Efek Indonesia ini memperkirakan, kebutuhan PE dalam negeri 1,4 juta ton per tahun. Adapun mereka mengklaim menguasai 25% pangsa pasar.
Selebihnya, perusahaan dalam negeri lainnya mengempit 32% dan produk PE impor mendekap 43%. Target dua kali lipat Chandra Asri yakin, kebutuhan PE dalam negeri akan meningkat seiring dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
"Tiga tahun ke depan, kami targetkan pangsa pasar jadi 50% dengan perkiraan peningkatan permintaan dalam setahun 7%-8%," kata Suryandi. Selain pabrik PE, Chandra Asri akan menghadirkan pabrik synthetic butadiene rubber bersama dengan Michelin.
Mereka menargetkan mulai membangun pabrik pada kuartal I-2018. Sejalan dengan agresivitas menambah pabrik, Chandra Asri yakin pertumbuhan kinerja 2016 tak kalah agresif. Mereka yakin bisa melanjutkan rekor pertumbuhan laba bersih lebih dari 600% pada semester I-2016.
Chandra Asri menargetkan capaian semester II-2016 bisa dua kali lipat capaian semester I-2016. "Kami targetkan pendapatan sampai akhir tahun mencapai US$ 1,7 miliar dan laba bersih di atas US$ 200 juta," kata Suryandi.
Dasar optimisme Chandra Asri adalah harga minyak dunia yang turun berimbas positif pada harga naphtha. Pada semester I-2016, harga naphtha US$ 400 per ton. Harga itu susut US$ 150 per ton ketimbang semester I-2015 sebesar US$ 550 per ton.
Perlu diketahui, Chandra Asri butuh naphtha untuk membikin naphtha cracker. Belanja naphtha berkontribusi 80%-85% terhadap biaya produksi naphtha cracker.
Penurunan harga naphtha otomatis menekan biaya impor naphtha Chandra Asri. Apalagi kebutuhan naphtha tahun ini tak sedikit, yakni sebanyak 2,4 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News