Reporter: Agung Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen mebel, PT Chitose Internasional Tbk (CINT) masih tetap optimistis menggenjot penjualannya sampai akhir tahun 2018 ini. Baik segmen ritel lewat penjualan reguler, maupun proyek masih menjadi unggulan perusahaan dalam menumbuhkan bisnisnya.
"Sampai dengan akhir tahun, pendorong kami masih di bisnis reguler, serta support dari penjualan proyek," ujar Helina Widayani, Sekretaris Perusahaan PT Chitose Internasional Tbk (CINT) kepada Kontan.co.id, Minggu (30/9).
Untuk penjualan di tingkat ritel, Helina mengaku akan memaksimalkan toko-toko yang sudah ada. Sehingga sampai tutup tahun 2018 ini, CINT belum berencana menambah outlet baru. "Sebab 3 flagship shop yang kami dirikan hitungannya masih baru. Jadi akan kami fokuskan dulu," sebut Helina.
Sebelumnya, perseroan di tahun ini telah merampungkan flagship shop di Surabaya yang memakan dana investasi sekitar Rp 30 miliar. Adapun flagship shop lainnya ada di Jakarta dan Cimahi, Jawa Barat.
Mengenai peluang pasar furnitur saat ini, menurut Helina, tahun politik yang dimulai di 2018 ini menjadi perhatian para pengusaha mebel. "Sebab belanjanya lebih ke belanja politik dan mungkin investor juga masih menunggu (wait dan see). Buat Chitose, hal ini bisa merupakan tantangan dan peluang juga," katanya.
Sementara itu, perusahaan menghadapi tantangan kenaikan dollar yang bakal berimbas pada kenaikan harga bahan baku. Meski tidak mengimpor bahan baku, namun pabrikan CINT membeli beberapa material seperti chemical khusus dengan mata uang dollar AS.
Untuk itu, kata Helina, ada dua cara yang dilakukan perseroan yakni koordinasi dengan vendor penyedia bahan baku dan menggenjot ekspor. "Kami kerjasama dengan vendor khususnya untuk material yang bermata uang dollar AS, kami efektifkan pembeliannya untuk yang benar-benar menjadi topline. Dan tentunya ekspor kami push juga," urainya.
Sayangnya, manajemen tidak merinci berapa besar porsi pembelian material tersebut. Yang terang, dalam laporan keuangan semester I-2018 jumlah beban produksi perseroan naik 22% menjadi Rp 124 miliar, di mana pada periode yang sama tahun lalu hanya Rp 101 miliar.
Saat ini mayoritas penjualan CINT di paruh pertama tahun ini ialah pasar domestik 94,9% dari total pendapatan bersih di 2018. Penjualan segmen lokal tersebut naik 12,6% year on year (yoy) dibandingkan tahun lalu, dari Rp 134 miliar menjadi Rp 151 miliar.
Sementara ekspor tercatat hanya Rp 7,5 miliar, turun 21% yoy dibandingkan semester-I 2017 yakni Rp 9,6 miliar. Adapun secara total, revenue CINT sampai Juni 2018 naik 10,4% menjadi Rp 159 miliar year on year (yoy) dibandingkan semester I tahun lalu, Rp 144 miliar.
Meski laba bruto tercatat naik 4,1% menjadi Rp 49,7 miliar yoy, namun laba bersih tercatat turun 27% dari Rp 9,9 miliar di semester I 2017 menjadi Rp 7,1 miliar di semester I tahun ini. Kendati begitu, CINT tetap optimistis menargetkan pertumbuhan pendapatan 3,5% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 387 miliar pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News