kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cisadane Sawit Raya (CSRA) bidik penjualan hingga Rp 750 miliar pada tahun ini


Rabu, 16 Juni 2021 / 17:20 WIB
Cisadane Sawit Raya (CSRA) bidik penjualan hingga Rp 750 miliar pada tahun ini


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) mengincar pertumbuhan kinerja keuangan sepanjang tahun ini. Nilai penjualan yang dibidik CSRA berkisar di angka Rp 700 miliar hingga Rp 750 miliar.

Direktur Keuangan dan Pengembangan Strategis CSRA Seman Sendjaja mengungkapkan, pertumbuhan kinerja sudah tercermin pada periode kuartal pertama 2021. Dalam tiga bulan pertama, CSRA meraih penjualan neto sebesar Rp 175,97 miliar atau naik 20,85% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pendapatan CSRA ditopang oleh penjualan minyak sawit sebesar Rp 88,72 miliar atau berkontribusi sebanyak 50,41%, lalu dari Tandan Buah Segar (TBS) senilai Rp 73,31 miliar (41,66%) dan dari inti sawit sebesar Rp 13,93 miliar (7,91%).

Dari sisi volume, terjadi kenaikan tonase produksi sebanyak 8,54% dari 76.106 ton pada Q1-2020 menjadi 82.595 ton pada Q1-2021. Produksi tersebut didominasi oleh TBS (86%), Crude Palm Oil alias CPO (11%) dan inti sawit (3%).

Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) melanjutkan sejumlah proyek yang tertunda di tahun lalu

Pada kuartal pertama 2021, CSRA berhasil meraih pertumbuhan laba bersih menjadi Rp 41,38 miliar. Tumbuh 27,32% dibandingkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk CSRA sebesar Rp 32,50 miliar pada Q1-2020.

Seman optimistis, pertumbuhan kinerja tersebut bisa berlanjut hingga tutup tahun nanti. Dia memberikan gambaran, berdasarkan data sampai akhir Mei lalu, penjualan CSRA diproyeksi bisa menyentuh hingga Rp 370 miliar pada periode Semester pertama.

"Target sampai akhir tahun sebisa mungkin kami mencapai sales di angka Rp 700 miliar - Rp 750 miliar. Dari sisi net profit after tax prediksi sementara ini di angka Rp 120 miliar sampai Rp 140 miliar untuk tahun 2021," terang Seman dalam public expose yang digelar Rabu (16/6).

Kendati begitu, dia memberikan catatan bahwa raihan tersebut akan sangat bergantung pada pergerakan harga CPO. Pasalnya, harga CPO yang sudah meroket sejak Semester II-2020 lalu bisa saja akan terkoreksi pada Semester II tahun ini. 

Seman yakin target penjualan dan laba CSRA bisa tercapai dengan rentang harga CPO di level Rp 9.000 - Rp 10.000. "Tapi kalau di Semester II harga terkoreksi cukup jauh, proyeksi net profit after tax kami mungkin bisa di bawah Rp 100 miliar," terangnya.

Yang pasti, untuk mengantisipasi penurunan harga CPO pada Semester II, CSRA akan fokus terhadap tiga strategi. Pertama, menjaga cashflow. Untuk menjaga performa keuangan, CSRA pun melakukan refinancing pada sindikasi perbankan baru untuk utang bank jangka panjang yang akan jatuh tempo pada tahun ini.

Strategi kedua CSRA ialah menjaga kinerja operasional dan meningkatkan produksi. Ketiga, memastikan cost produksi yang optimal. "Pada akhirnya untuk revenue agak susah diprediksi karena harga CPO yang cukup fluktuatif," imbuh Serman.

Asal tahu saja, saat ini CSRA memiliki enam anak usaha dengan lima perkebunan yang berlokasi di Sumatera Utara (Labuhan Batu dan Tapanuli Selatan) serta di Sumatera Selatan (Banyuasin, Musi Rawas dan Musi Rawas Utara).

 

Total areal tertanam per Desember 2020 seluas 18.575 hektare (ha). Dengan 15.877 ha yang telah menghasilkan dan 2.697,5 ha yang belum menghasilkan. Seman bilang, CSRA pun masih melihat peluang untuk melakukan ekspansi dengan mengakuisisi lahan baru pada tahun ini.

"Kami juga melihat kemungkinan untuk mengakuisisi landbank dalam hal pengembangan secara organik. Juga optimalisasai dalam sistem penanaman, perawatan dan pemanenan, dengan tujuan menurunkan cost produksi," sebut Seman.

Untuk fasilitas pengolahan, CSRA memiliki satu pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas 60 ton per jam di Labuhan Batu, Sumatera Utara. CSRA pun sedang membangun PKS yang kedua yang saat ini sudah memasuki tahap cut and fill atau persiapan tapak.

Pengerjaan PKS untuk anak usaha CSRA yakni PT Samukti Karya Lestari (SKL) ini seharusnya berlangsung mulai tahun lalu namun terhadap pandemi covid-19. PKS ini ditargetkan bisa rampung pada akhir 2022 dengan kapasitas 45 ton per jam. "Anggaran pembangunan PKS di PT SKL anak usaha kami itu sekitar Rp 125 miliar. Penyerapannya dilakukan selama satu setengah tahun ke depan," pungkas Seman.

Selanjutnya: Cisadane Sawit Raya (CSRA) targetkan pabrik kelapa sawit kedua beroperasi akhir 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×